5.2.1. MATERI KULIAH
5.2.1.1. Membaca Materi Kuliah
Agroekosistem sebagai Satuan Pemaduan dalam Pelaksanaan PHT
Agroekosistem sebagai Satuan Pemaduan dalam Pelaksanaan PHT
Sebagaimsana sudah kita diskusikan pada materi kuliah 4.1 (baca kembali sampai mengerti), pengambilan keputusan PHT didasarkan pada hamparan. Dalam hal ini, hamparan mewakili satu kesatuan ekosistem pertanian yang dikenal sebagai agroekosistem (agroecosystem). Pada dasarnya, suatu agroekosistem merupakan ekosistem yang dikelola terutama untuk menghasilkan pangan, bahan bakar, dan serat. Karena agroekosistem didefinisikan sebagai ekosistem yang dikelola, maka untuk memahami apa itu agroekosistem terlabih dahulu perlu dipahami apa itu ekosistem (ecosystem). Ekosistem, atau juga disebut sistem ekologi (ecological system), merupakan bentang alam di mana berlangsung interaksi antar berbagai organisme dan antara organisme dengan lingkungannya. Ekosistem mempunyai atribut sebagai berikut:
- Struktur, terdiri atas komponen biotik (berbagai jenis organisme) dan abiotik (non-organisme, benda mati, seperti batuan, tanah, air, iklim, dsb.) yang saling berinteraksi.
- Proses, meliputi proses sartu arah yang disebut arus (arus energi dari matahari ke tumbuhan, ke organisme herbivora, ke organisme karnovora, dsb.), proses berulang yang disebut daur (daur air, daur unsur hara), dan proses makan memakan yang disebut rantai makanan (food chain) dan jaring-jaring makanan (food web).
- Fungsi, mencakup fungsi penyediaan yaitu menyediakan kebutuhan hara dan makanan bagi organisme, fungsi pengaturan yaitu mengatur agar semua proses ekosistem dapat berlangsung, dan fungsi pendukung, yaitu memberikan dukungan akar fungsi penyediaan dan fungsi pengaturan dapat berlangsung.
- Kinerja, yaitu ukuran kemampuan proses dan fungsi ekosistem menghasilkan sesuatu, gangguan yang dialami, dan kemampuan memulihkan diri dari gangguan. Kemampuan menghasilkan sesuatu biasanya diukur sebagai keanekaragaman hayati, biomasa, dan pada populasi, gangguan yang dialami diukur sebagai tingkat pencemaran atau tingkat kerusakan, dan kemampuan memulihkan diri dari gangguan diukur sebagai daya lenting.
- Batas, membatasi sampai di mana proses dan fungsi berlangsung lebih kuat daripada di sekitarnya, biasanya ditentukan oleh batas-batas alam seperti gunung, bukit, sungai, dataran, dsb. Di luar batas ekosistem terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi ekosistem, tetapi kurang terpengaruh oleh ekosistem.
Agroekosistem juga mempunyai atribut yang sama dengan ekosistem, tetapi dengan tambahan sebagai berikut:
- Struktur, manusia yang merupakan bagian dari komponen biotik yang dalam ekosistem alami merupakan komponen yang tidak penting berubah menjadi komponen dengan kemampuan interaksi yang paling kuat.
- Proses, manusia menambah proses aliran energi dengan menggunakan bahan bakar, daur air dengan irigasi, daur hara dengan pemupukan dan pemberian pakan buatan
- Fungsi, fungsi penyedian pangan, bahan bakar, dan serat untuk kebutuhan manusia menjadi dominan, ditambah dengan fungsi budaya.
- Kinerja, dipacu untuk meningkatkan biomasa dan padat populasi, mengakibatkan gangguan pencemaran dan kerusakan meningkat sehingga daya lenting menjadi berkurang.
- Batas, selain batas-batas fisik, juga ditambah dengan batas-batas sosial, yaitu batas yang ditentukan oleh interaksi manusia, misalnya keanggotaan dalam kelompok, batas administrasi pemerintahan, dsb.
Perbedaan intervensi manusia dalam agroekosistem dan ekosistem alami menyebabkan keduanya menjadi berbeda dalam nilai kinerja masing-masing sebagaimana disajikan pada Tabel 5.2.1.
Tabel 5.2.1. Perbedaan nilai atribut kinerja antara agroekosistem dan ekosistem alami
![]() |
Sumber: Nichols & Altieri (2010), ditambahkan |
Sebagai satuan pemaduan dalam PHT, agroekosistem menentukan di mana pengendalian hama diputuskan untuk dilakukan sebagai satu kesatuan. Untuk tujuan ini, batas-batas agroekosistem menjadi sangat perlu ditentukan dalam pelaksanaan PHT. Merujuk kembali kepada materi 4.1, batas-batas agroekosistem ditentukan dengan memperhatikan:
- Batas-batas fisik dan hayati, batas-batas fisik berdasarkan bentang lahan dengan menggunakan gunung, bukit, tebing, sungai, dsb., sebagai batas sehingga diperoleh satu hamparan yang kompak (berkesinambungan, tidak terputus-putus) serta batas-batas hayati budidaya jenis tanaman tertentu seperti padi sawah, tanaman aneka sayur, tanaman perkebunan, dsb.
- Batas-batas proses, mencakup proses yang difasilitasi melalui infrasstruktur seperti infrasutruktur jalan, infrastruktur jaringan jaringan irigasi, infrastruktur jaringan listrik,
- Batas-batas sosial, ditentukan berdasarkan tempat tinggal petani, batas-batas administrasi desa/kelurahan, batas-batas kepemilikan lahan, dsb.
Untuk menentukan batas-batas agroekosistem sebagai batas hamparan, ketiga batas di atas ditumpangtindihkan satu sama lain untuk membuat peta batas-batas hamparan. Pemaduan dalam PHT berarti juga pemaduan ketiga kategori batas tersebut dan pemaduan pelaksanaan di dalam batas-batas hamparan yang telah ditetapkan. Mengapa PHT mencakup pemaduan dalam konteks agroekosistem? Karena populasi hama berkembang dalam agroekosistem, menimbulkan ledakan populasi dalam agroekosistem, dan mengganggu, merusak, dan menimbulkan kerugian dalam agroekosistem.
Struktur, Proses, dan Fungsi Agroekosistem yang Penting dalam Pelaksanaan PHT
Intervensi manusia yang tinggi menyebabkan agroekosistem mengalami perubahan struktur dibandingkan dengan struktur ekosistem alami. Beberapa perubahan struktur agroekosistem yang berbeda dari ekosistem alami dan penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan PHT adalah sebagai berikut:
- Keanekaragaman hayati (biodiversity), yang terdiri atas keanekaragaman jenis dan keanekaragaman genetik, baik tanaman mmaupun organisme organisme golongan tumbuhan dan hewan lainnya, cenderung menjadi berkurang. Akan tetapi, berkurangnya keanekaragaman tersebut bergantung pada tipe agroekosistem, rendah pada agroekosistem tradisional, sedang pada agroekosistem semi-intensif, dan tinggi pada agroekosistem intensif. Semakin intensif suatu agroekosistem maka tanaman yang dibudidayakan cenderung varietas unggul berdaya hasil tinggi dan cenderung dibudidayakan menjadi secara monokultur, baik dalam ruang maupun waktu. Selain itu, keanekaragaman tumbuhan bukan tanaman juga semakin berkurang, menyebabkan berkurangnya ketersediaan makanan dan tempat berlindung bagi organisme golongan hewan, sehingga keanekagaraman organisme golongan hewan juga menjadi berkurang.
- Fenologi, pada agroekosistem cenderung seragam, sedangkan pada eksosistem alami cenderung musiman. Keseragaman cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya intensifitas, semakin intensif menjadi semakin seragam. Misalnya pada ekosistem ladang, panen diawali dengan panen jagung, kemudian labu bunga, pucuk, dan buah muda, kacang nasi dan kacang tunggak, kacang turis, dan aneka umbi. Pada ekosistem sawah, panen padi berlangsung bersamaan. Pada ekosistem alami, setiap jenis tumbuhan mempunyai musim berbunga dan berbuah masing-masing. Pada eksistem dengan fenologi yang seragam, hewan menjadi kehilangan makanan pada saat tanaman sudah dipanen, sedangka pada ekosistem alami selalu tersedia makanan dari jenis tanaman yang berbeda.
- Maturitas, agroekosistem bersifat selalu muda, sedangkan ekosistem alami bersifat tua. Agroekosistem bersifat selalu muda dipanen secara serentak dan dimulai dari awal lagi setelah panen, sedangkan ekosistem alami tidak dipanen dan tidak dimulai baru lagi setelah tumbuhan menghasilkan buah. Tingkat kemudiaan agroekosistem bergantung pada jenis tanaman, apakah tanaman semusim atau tanaman tahunan. Agroekosistem tanaman tahunan selalu muda karena berumur hanya beberapa bulan, sedangkan agroekosistem tanaman tahunan lebih tua karena berumur lebih panjang dan tidak selalu dimulai setelah panen. Karena selalu dimulai ulang setelah panen maka agroekosistem tanaman semusim tidak pernah bisa mengalami klimaks, agroekosistem tanaman tahunan dapat mengalami proses suksesi meskipun tidak pernah mencapai klimaks seperti halnya pada ekosistem alami.
Beberapa perubahan proses agroekosistem berbeda dari ekosistem alami dan penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan PHT adalah sebagai berikut:
- Makan memakan, yaitu proses organisme memakan organisme lainnya secara berantai sehingga menimbulkan rantai makanan dan jika rantai kanan bercabang naka menjadi jaring-jaring makanan. Dalam ekosistem alami, serangga pemakan tanaman cenderung tidak ada yang memakan karena musuh alaminya terbatas. Karena jenis tanaman yang menjadi makanannya juga tersedia dalam jumlah banyak maka serangga pemakan tanaman mudah meningkat populasinya menjadi hama. Demikian juga dengan jamur, bakteri, dan virus, karena tanaman inangnya tersedia dalam jumlah banyak maka populasinya mudah meningkat menjadi patogen. Makanan dalam jumlah banyak tidak tersedia bagi serangga dalam ekosistem alami dan juga serangga musuh alami juga tersedia berbagai jenis sehingga serangga populasi pemakan tumbuhan tidak mudah meningkat menjadi hama. Demikian juga dengan jamur, bakteri, dan virus, tersedia banyak jenis yang saling bersaing satu sama lain sehingga populasinya tidak mudah meningkat menjadi patogen.
- Daur materi dan aliran energi, dalam agroekosistem terjadi penambahan materi dan energi dari luar, sedangkan dalam ekosistem tidak terjadi. Tambahan materi dari luar dalam agroekosistem terjadi dalam bentuk tanaman, air irigasi, pupuk, dan pestisida, yang kemudian diolah oleh tanaman menjadi tambahan energi. Penambahan varietas tanaman unggul berdaya hasil tinggi yang disertai dengan pemberian air irigasi dan pemupukan akan mendorong populasi organisme pemakan tanaman meningkat dengan cepat sehingga mendorong terjadinya ledakan populasi hama. Jika hama dikendalikan dengan petisida maka yang terbunuh bukan hanya hama, melainkan juga musuh alaminya. Selain itu hama yang tidak terbunuh mendapat tambahan energi untuk menjadi resisten terhadap pestisida. Berkurangnya musuh alami setelah penyemprotan insektisida menyebabkan populasi hama sasaran meningkat menjadi mengalami resurgensi dan populasi hama yang sebelumnya berstatus hama sekunder juga meningkat menimbulkan ledakan hama sekunder. Penambahan pupuk dan pesyisida mencemari tanah dan perairan yang pada akhirnya terakumulasi pada badan perairan.
- Ketidakpastian dan risiko, cenderung sedang sampai tinggi pada agroekosistem dan rendah pada ekosistem alami. Ketidakpastian dan risiko cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya intensifikasi pertanian karena intensifikasi mengurangi kesaling bergantungan seiring dengan menurunnya keanekaragaman hayati, semakin seragamnya fenologi, semakin mudanya tingkat maturitas, semakin sederhananya proses makan memakan, dan semakin tingginya kebergantungan materi dan energi dari luar.
Beberapa perubahan fungsi agroekosistem berbeda dari ekosistem alami dan penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan PHT adalah sebagai berikut:
- Pengaturan, merupakan fungsi yang mengatur agar proses agroekosistem dan proses ekosistem berlangsung dengan semestinya, mencakup fungsi pemurnian udara dan air, sekuestrasi karbon dan pengendalian iklim, penguraian limbah dan detoksifikasi, penyerbukan, herbivori, predasi, dan parasitasi, pemulihan dari gangguan, dsb. Fungsi ini tinggi pada ekosistem alami, tetapi semakin menurun seiring dengan semakin meningkatnya intensifikasi pertanian.
- Pendukung, merupakan fungsi yang diperlukan agar fungsi pengaturan, fungsi penyediaan, dan fungsi budaya dapat berlangsung, mencakup pembentukan tanah, daur materi dan arus energi, produksi primer, penyediaan habitat, dsb. Fungsi ini tinggi pada ekosistem alami tetapi semakin menurun seiring dengan semakin meningkatnya intensifikasi pertanian.
- Penyediaan dan budaya, mencakup fungsi yang memungkinkan organisme hidup dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan manusia dapat mengembangkan peradabannya, fungsi penyediaan mencakup penyediaan bahan mentah untuk makanan, tempat berlindung, obat, dan bahan bakar, dsb., dan fungsi budaya mencakup rekreasi, pendidikan, penelitian, spiritual, dsb. Kedua fungsi ini diupayakan tinggi pada agroekosistem, tetapi rendah sampai sedang pada ekosistem alami.
Pemaduan dalam PHT berarti pemaduan dalam memandang dan mempertimbangkan struktur, proses, dan fungsi agroekosistem sehingga dapat memperkecil peluang terjadinya ledakan populasi hama.
Kinerja Agroekosistem yang Penting dalam Pelaksanaan PHT
Kinerja agroekosistem merupakan ukuran kemampuan proses dan fungsi ekosistem menghasilkan sesuatu, gangguan yang dialami, dan kemampuan memulihkan diri dari gangguan. Dalam agroekosistem yang intensif, kinerja yang diutamakan adalah produktivitas. Itupun yang digunakan sebagai ukuran hanya tingkat produksi per satuan luas lahan (ton produksi/ha), tidak pernah diukur per satuan sarana produksi (ton produksi/kg pupuk, ton produksi/kg pestisida, ton produksi/L air irigasi, dsb.) dan per satuan usaha (ton produksi/hari kerja orang). Jika dihitung hanya per satuan luas lahan maka agroekosistem intensif akan memberikan produktivitas yang lkebih tinggi daripada agroekosistem tradisional, tetapi jika dihitung per satuan sarana produksi dan per satuan usaha maka produkstivitas agroekosistem intensif menjadi menurun dan bahkan lebih rendah daripada agroekosistem tradisional. Kinerja agroekosistem intensif akan semakin menurun jika digunakan ukuran kinerja lainnya sebagai berikut:
- Keajegan (stabilitas): yaitu kecenderungan produksi tidak berfluktuasdi dari waktu ke waktu dan dari satu wilayah ke wilayah lain, misalnya produksi dari tahun ke tahun dan dari satu desa ke desa lain;
- Kemerataan (ekuitabilitas): yaitu kecenderungan produksi tidak bervariasi terlalu tinggi antar petani;
- Kemandirian (otonomi): yaitu ketidakbergantungan terhadap pasokan materi, energi, dan tenaga kerja dari luar
- Kelentingan (resiliensi): yaitu kemampuan untuk bisa pulih setelah mengalami gangguan, terutama gangguan kecil sampai sedang seperti erosi, keterlambatan hujan, dsb.
- Keberlanjutan (sustainabilitas): yaitu kemampuan untuk menjaga produksi tidak berfluktuasi, cenderung merata antar petani, tidak sangat bergantung pada materi dan energi dari luar, dan mampu pulih dari gangguan, terutama gangguan besar seperti badai tropis Seroja, kekeringan berkepanjangan, dsb.
Kelima ukuran kinerja di atas saling mengimbangi satu sama lain dan terutama dengan kinerja produktivitas. Mengupayakan produktivitas yang tinggi akan menyebabkan keajegan, kemerataan, kemandirian, kelentingan, dan keberlanjutan. Kinerja yang saling mengimbangi ini dikenal sebagai rada imbang (trade off). Pemaduan dalam PHT berarti pemaduan dalam memandang dan mempertimbangkan rada imbang kinerja agroekosistem agar dapat memperkecil peluang terjadinya ledakan populasi hama. Mengejar hanya produktivitas yang tinggi dengan mengabaikan keajegan, kemerataan, kemandirian, kelentingan, dan keberlanjutan akan meningkatkan risiko terjadinya ledakan populasi hama sehingga meningkatkan ketidakpastian.
5.2.1.2. Mengunduh dan Membaca Pustaka
5.2.1.3. Mengerjakan Kuis
5.2.2.1. Mambagikan Materi Kuliah
5.2.2.2. Mendiskusikan Materi Kuliah
Setelah membaca materi kuliah, silahkan buat minimal satu pertanyaan dan atau komentar mengenai materi kuliah. Buat pertanyaan secara langsung tanpa perlu didahului dengan selamat pagi, selamat siang, dsb., sebab belum tentu akan dibaca pada jam sesuai dengan ucapan selamat yang diberikan. Ketik pertanyaan atau komentar secara singkat tetapi jelas, misalnya "Mohon menjelaskan apakah memperoleh pengetahuan dengan menggunakan pendekatan ilmiah mempunyai kelebihan dan kelemahan". Pertanyaan dan/atau komentar diharapkan ditanggapi oleh mahasiswa lainnya dan setiap mahasiswa wajib menanggapi minimal satu pertanyaan dan/atau komentar yang disampaikan oleh mahasiswa lainnya. Pertanyaan dan/atau komentar maupun tanggapannya disampaikan paling lambat pada Kamis, 2 Mei 2024 pukul 24.00 WITA dengan cara menjawab pertanyaan pada laporan melaksanakan kuliah.
Untuk mendalami materi kuliah ini, silahkan mengunjungi situs atau mengunduh buku teks/artikel jurnal berikut ini dan kemudian membaca sampai mengerti:
- Conway, G.R. 1983. Agroecosystem Analysis. Centre for Environmental Technology and Department of Pure and Applied Biology, Imperial College of Science and Technology,
- Conway, G. R. (1987). The properties of agroecosystems
- Doherty, S.& Rydberg, T (eds) (2002) Ecosystem properties and principles of living systems as foundation fos sustainable agriculture: Critical reviews of environmental assessment tools, key findings and questions from a course process. Centre for Sustainable Agriculture Swedish University of Agricultural Sciences
- FAO (2018) The 10 Elements of Agroecology: Guiding the Transitions to Sustainable Food and Agricultural Systems
- Marten, G. G. (1988) Productivity, Stability, Sustainability, Equitability and Autonomy as Properties for Agroecosystem Assessment
- Nicholls, C. I., & Altieri, M. A. (2010). Agroecology: contributions towards a renewed ecological foundation for pest management. Dalam buku: Kogan M. & Jepson P. Perspectives in Ecological Theory and Integrated Pest Management, 431–468.
- Schowalter, T. D. (2010). Ecosystems: concepts, analyses, and practical implications in IPM. Kogan M. & Jepson P. Perspectives in Ecological Theory and Integrated Pest Management, 411–430.
Setiap mahasiswa wajib menyampaikan melalui Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas judul buku, judul bab buku, dan isi bab buku yang telah dibaca terkait dengan materi kuliah ini.
5.2.1.3. Mengerjakan Kuis
Kuis materi kuliah 5.2 sesi kuliah 12 ini dikerjakan bersama-sama dengan mengerjakan kuis materi kuliah 5.1 sesi kuliah 11 dan materi kuliah 5.3 sesi kuliah 13. Silahkan kerjakan setelah membaca dan mendiskusikan materi kuliah 5.1, materi kuliah 5.2, dan materi kuliah 5.3. Pada saat memeriksa daftar lembar jawaban kuis, silahkan periksa sendiri berapa nilai yang Anda peroleh. Bila memperoleh nilai <60 berarti Anda belum memahami materi kuliah sehingga perlu membaca kembali kedua materi kuliah. Mahasiswa yang tidak mengerjakan quiz tidak akan memperoleh nilai untuk setiap quiz yang tidak dikerjakan.
5.2.2. TUGAS KULIAH
5.2.2.1. Mambagikan Materi Kuliah
Setelah membaca materi kuliah, silahkan bagikan materi kuliah melalui media sosial yang dimiliki disertai dengan mencantumkan status tertentu, misalnya "Saya sekarang sudah tahu bahwa ternyata pengetahuan terdiri atas beberapa macam ... dst." Untuk membagikan lauar klik tombol Beranda dan kemudian klik tombol pembagian memalui media sosial dengan mengklik tombol media sosial yang tertera di sebelah kanan judul materi kuliah. Jika media sosial yang dimiliki tidak tersedia dalam ikon yang ditampilkan, klik ikon paling kanan untuk membuka ikon media sosial lainnya. Materi kuliah dibagikan paling lambat pada Kamis, 2 Mei 2024 pukul 24.00 WITA dengan cara menjawab pertanyaan pada laporan melaksanakan kuliah.
Setelah membaca materi kuliah, silahkan buat minimal satu pertanyaan dan atau komentar mengenai materi kuliah. Buat pertanyaan secara langsung tanpa perlu didahului dengan selamat pagi, selamat siang, dsb., sebab belum tentu akan dibaca pada jam sesuai dengan ucapan selamat yang diberikan. Ketik pertanyaan atau komentar secara singkat tetapi jelas, misalnya "Mohon menjelaskan apakah memperoleh pengetahuan dengan menggunakan pendekatan ilmiah mempunyai kelebihan dan kelemahan". Pertanyaan dan/atau komentar diharapkan ditanggapi oleh mahasiswa lainnya dan setiap mahasiswa wajib menanggapi minimal satu pertanyaan dan/atau komentar yang disampaikan oleh mahasiswa lainnya. Pertanyaan dan/atau komentar maupun tanggapannya disampaikan paling lambat pada Kamis, 2 Mei 2024 pukul 24.00 WITA dengan cara menjawab pertanyaan pada laporan melaksanakan kuliah.
5.2.2.3. Mengerjakan Projek Kuliah
Untuk menuntaskan mempelajari materi kuliah 5.1 ini, setiap mahasiswa wajib mengerjakan projek kuliah secara kelompok dengan melanjutkan tugas projek materi kuliah sebelumnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Lakukan pengamatan terhadap agroekosistem di mana ketiga petani termasuk di dalamnya lalu tentukan batas-batasnya berdasarkan pada batas fisik dan hayati, batas proses, dan batas sosial. Sebutkan nama batas-batas fisik dan hayati, batas-batas proses, dan batas-batas sosial yang telah Anda tentukan
- Buat peta batas-batas agroekosistem dengan menggunakan layanan Google My Maps dengan membuat tiga lapisan (layer): (1) Layer batas fisik dan hayati, (2) Layer batas proses, dan (3) Layer batas sosial lalu pada setiap layer, buat garis untuk membuat batas-batas yang sesuai dengan layer. Misalnya untuk batas-batas fisik, Anda padat menggunakan gunung atau bukit atau sungai untuk membuat batas, untuk batas-batas hayati Anda dapat membuat jenis tanaman untuk membuat batas, untuk batas-batas proses Anda dapat menggunakan jaringan irigasi atau jalan raya untuk membuat batas, untuk batas-batas sosial Anda dapat menggunakan permukiman untuk membuat batas. Buat layer keempat dengan nama layer Batas Agroekosistem untuk menggambar batas agroekosistem dengan menggabungkan batas-batas pada ketiga layer yang telah dibuat sebelumnya.
- Lakukan diskusi dengan petani dan pengamatan terhadap agroekosistem untuk menentukan kinerja struktur agroekosistem, misalnya keanekaragaman jenis dan keanekaragaman genetiknya bagaimana, fenologi dalam hal memulai musim tanam dan melakukan panen apakah berbeda-beda atau serempak, dan tingkat maturitas agroekosistem berdasarkan umur tanaman berapa bulan dari saat tanam sampai panen dan apakah tanaman dipanen sekali atau dipanen berkali-kali dalam sekali tanam.
- Lakukan diskusi dengan petani dan pengamatan terhadap agroekosistem untuk menentukan jenis hama (dalam arti sempit), penyakit, dan gulma apa yang terdapat, di antara ketiganya mana yang lebih banyak ditemukan, jenis-jenis musuh alami apa saja yang terdapat pada hama (dalam arti sempit), penyakit, dan gulma, apakah petani melakukan pemupukan dan jika melakukan pemupukan jenis pupuk apa yang digunakan, apakah petani melakukan pengairan dan jika melakukan dari mana sumber air irigasi yang digunakan dan bagaimana cara melakukan pengairan, apakah petani melakukan pengendalian hama dan jika melakukan jenis hama apa yang dikendalikan dan cara pengendalian apa yang dilakukan, serta apakah petani pernah mengalami risiko gagal panen dan apa penyebabnya.
- Lakukan diskusi dengan petani dan pengamatan terhadap agroekosistem untuk menentukan kinerja fungsi penyediaan dan fungsi budaya, kinerja fungsi pengaturan, dan kinerja fungsi pendukung dalam agroekosistem. Misalnya untuk fungsi penyediaan, bahan apa saja yang diperoleh petani dari agroekosistem, bagaimana ketersediaan masing-masing dalam satu tahun apakah cukup atau pernah mengalami kekurangan. Untuk fungsi budaya, apakah petani pernah memperoleh informasi atau menanyakan mengenai keadaan tanamannya kepada penyuluh atau kepada siapa saja. Untuk fungsi pengaturan apakah petani mengetahui bahwa penggunaan pupuk kimia dapat merusak tanah dan mencemari air dan penggunaan pestisida dapat membunuh serangga penyerbuk dan musuh alami serta mencemari tanah dan air. Untuk fungsi pendukung apakah petani mengetahui bahwa tanah dapat mengalami erosi, penebangan pohon dapat meningkatkan suhu, dsb.
Jawab pertanyaan-pertanyaan Tugas Projek di atas pada saat memasukan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas paling lambat pada Kamis, 2 Mei 2024 pukul 24.00 WITA.
5.2.3. ADMINISTRASI PELAKSANAAN KULIAH
Untuk membuktikan telah melaksanakan perkuliahan daring materi kuliah ini, Anda wajib mengakses, menandatangani presensi, dan mengumpulkan tugas di situs SIADIKNONA. Sebagai cadangan, silahkan juga menandatangani daftar hadir dan memasukkan laporan melaksanakan kuliah dan mengerjakan tugas dengan mengklik tautan berikut ini:
- Menandatangani Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah selambat-lambatnya pada Sabtu, 27 April 2024 pukul 24.00 WITA dan setelah menandatangani, silahkan periksa untuk memastikan daftar hadir sudah ditandatangani;
- Menyampaikan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas selambat-lambatnya pada Kamis, 2 Mei 2024 pukul 24.00 WITA dan setelah memasukkan, silahkan periksa untuk memastikan laporan sudah masuk.
Mahasiswa yang tidak mengisi dan menandatangani Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah dan tidak menyampaikan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas akan ditetapkan sebagai tidak mengikuti perkuliahan.
***********
Hak cipta blog pada: I Wayan Mudita
Diterbitkan pertama kali pada Maret 2024, belum pernah diperbarui.
Diterbitkan pertama kali pada Maret 2024, belum pernah diperbarui.
Hak cipta selurun tulisan pada blog ini dilindungi berdasarkan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License. Silahkan mengutip tulisan dengan merujuk sesuai dengan ketentuan perujukan akademik.
Apakah yang menjadi kesamaan antar agroekosistem dan ekosistem dan berikan contohnya
BalasHapus1. **Kesamaan antara Agroekosistem dan Ekosistem:**
HapusAgroekosistem dan ekosistem memiliki beberapa kesamaan dasar dalam struktur dan fungsi mereka. Berikut adalah beberapa kesamaan utama:
- **Interaksi Organisme:**
- Kedua jenis ekosistem ini melibatkan interaksi antara berbagai organisme, termasuk tumbuhan, hewan, mikroorganisme, dan faktor abiotik seperti air dan nutrisi.
- **Sirkulasi Energi dan Materi:**
- Seperti ekosistem lainnya, agroekosistem juga mengalami sirkulasi energi (misalnya, melalui fotosintesis) dan sirkulasi materi (misalnya, melalui siklus nutrisi).
- **Diversitas Biologis:**
- Kedua jenis ekosistem ini memerlukan diversitas biologis untuk keberlanjutan dan keseimbangan.
2. **Contoh Kesamaan Agroekosistem dengan Ekosistem:**
**a. Interaksi Organisme:**
- Contoh: Dalam agroekosistem pertanian padi, terdapat interaksi antara tanaman padi dengan serangga penyerbuk seperti lebah.
**b. Sirkulasi Energi dan Materi:**
- Contoh: Dalam agroekosistem hutan monsun tropis, terjadi sirkulasi energi melalui fotosintesis oleh pohon-pohon tropis.
**c. Diversitas Biologis:**
- Contoh: Dalam agroekosistem perikanan akuakultur, terdapat keberagaman biologis yang diperlukan untuk keseimbangan sistem seperti ikan air tawar bersama dengan mikroorganisme yang membantu dalam proses dekomposisi limbah.
Dengan demikian, meskipun agroekosistem memiliki karakteristik unik sebagai hasil dari aktivitas manusia, mereka tetap saling terkait dengan ekosistem alami dalam hal struktur dasar dan fungsi ekologi mereka.
Apa saja faktor - faktor yang dapat mempengaruhi kinerja agroekosistem
BalasHapusApa yang dimaksud dengan Agroekosistem?
BalasHapusAgroekosistem adalah suatu sistem ekologi yang telah dimodifikasi dan dikelola oleh manusia untuk kepentingan produksi pangan, serat, dan berbagai produk pertanian lainnya.
HapusSecara sederhana, agroekosistem dapat diartikan sebagai komunitas tumbuhan dan hewan yang berinteraksi dengan lingkungannya, dan telah dimodifikasi oleh manusia untuk menghasilkan makanan, serat, bahan bakar, dan produk lain untuk konsumsi dan pengolahan manusia.
Mengapa PHT mencakup pemaduan dalam konteks agroekosistem?
BalasHapusKarena populasi hama berkembang dalam agroekosistem, menimbulkan ledakan populasi dalam agroekosistem, dan mengganggu, merusak, dan menimbulkan kerugian dalam agroekosistem.
HapusHal ini karena pengelolaan hama terpadu sangat berkaitan erat dengan agroekosistem, kita ketahui bahwa agroekosistem merupakan adalah sistem ekologi yang dimodifikasi dan dikelola oleh manusia untuk produksi pertanian tentu yang menjadi subjeknya adalah manusia, dalam hal ini sesuai konteks PHT bahwa disini ada program atau sistem yang dilakukan manusia untuk dapat mengelola hama terpadu, PHT akan sangat berdampak pada agroekosistem jika tidak dilakukan secara tepat.
HapusApakah ada perbedaan dalam menentukan batas agroekosistem pada berbagai jenis pertanian?
BalasHapusYa, ada perbedaan dalam menentukan batas agroekosistem tergantung pada jenis pertanian yang sedang dipertimbangkan. Batas agroekosistem biasanya ditentukan oleh faktor-faktor seperti jenis tanaman yang ditanam, praktik pertanian yang digunakan, topografi, iklim, dan lingkungan sekitarnya. Misalnya, agroekosistem untuk pertanian padi di daerah dataran rendah mungkin memiliki batas yang berbeda dengan agroekosistem untuk pertanian buah-buahan di lereng pegunungan. Perbedaan ini mencerminkan perbedaan dalam kebutuhan tanaman, interaksi dengan lingkungan dan praktik pertanian yang diterapkan.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusApa saja tantangan dan peluang dalam menerapkan PHT yang efektif dan berkelanjutan?
BalasHapusTantangan dalam menerapkan PHT yang efektif dan berkelanjutan termasuk:
BalasHapus1. Pendidikan dan Kesadaran: Kurangnya pemahaman dan kesadaran tentang praktik PHT di kalangan petani dan pemangku kepentingan lainnya.
2. Akses Terhadap Teknologi: Kesulitan dalam mengakses teknologi yang diperlukan untuk menerapkan PHT, terutama di daerah pedesaan atau di negara berkembang.
3. Perubahan Iklim: Perubahan iklim dapat mempengaruhi ketersediaan air, cuaca, dan kemunculan hama, menghadirkan tantangan tambahan dalam menerapkan PHT.
4. Biaya dan Investasi Awal: Beberapa praktik PHT mungkin memerlukan investasi awal yang tinggi, dan petani mungkin kesulitan untuk mengakses modal atau dukungan keuangan.
5. Pengetahuan Tradisional yang Terabaikan: Kadang-kadang pengetahuan tradisional tentang praktik pertanian berkelanjutan diabaikan dalam menerapkan solusi teknologi modern.
Peluang dalam menerapkan PHT yang efektif dan berkelanjutan meliputi:
1. Inovasi Teknologi: Kemajuan dalam teknologi pertanian dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas praktik PHT.
2. Kemitraan dan Kolaborasi: Kolaborasi antara pemerintah, lembaga riset, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta dapat mempercepat adopsi praktik PHT.
3. Pendidikan dan Pelatihan: Pelatihan dan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan petani dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam menerapkan PHT.
4. Insentif dan Dukungan Keuangan: Pemberian insentif dan dukungan keuangan kepada petani untuk menerapkan PHT dapat mendorong adopsi praktik tersebut.
5. Pendekatan Terpadu: Mengintegrasikan praktik PHT ke dalam pendekatan pertanian terpadu dapat meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan sistem pertanian.
Bagaimana cara mempelajari struktur agroekosistem saat menerapkan PHT?
BalasHapusCara mempelajari struktur agroekosistem saat menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah sebagai berikut:
Hapus1. Identifikasi Komponen Biotik
- Lakukan inventarisasi spesies tanaman budidaya, gulma, serangga, mikroorganisme, vertebrata (burung, mamalia) yang ada di agroekosistem tersebut.
- Pelajari interaksi antar komponen biotik seperti saling mempredasi, bersimbiosis, dll.
2. Analisis Komponen Abiotik
- Pelajari faktor lingkungan abiotik seperti iklim (curah hujan, suhu, kelembapan), jenis tanah, topografi lahan.
- Amati pengaruh faktor abiotik terhadap komponen biotik.
3. Pemetaan Spasial
- Gambar peta mendetail agroekosistem meliputi pola penanaman, batas lahan, sumber air, vegetasi alami sekitar.
- Identifikasi zona-zona dengan kondisi berbeda dalam agroekosistem.
4. Pengamatan Temporal
- Amati perubahan struktur dan dinamika populasi setiap musim dalam setahun.
- Catat siklus fenologi tanaman budidaya dan dinamika populasi hama.
5. Pendekatan Sistem
- Pelajari bagaimana komponen biotik dan abiotik berinteraksi membentuk suatu sistem yang utuh dan kompleks.
- Amati input, proses, dan output dari sistem agroekosistem.
6. Penggunaan Teknologi
- Manfaatkan teknologi seperti penginderaan jauh, SIG, sensor untuk memetakan dan memonitor agroekosistem.
- Analisis data spasial dan temporal untuk memahami struktur secara komprehensif.
7. Kolaborasi Multi-Disiplin
- Libatkan ahli dari berbagai disiplin terkait seperti agronomi, ekologi, klimatologi untuk memahami aspek berbeda dari agroekosistem.
Pemahaman mendalam tentang struktur agroekosistem sangat penting agar dapat menerapkan PHT secara efektif dengan mempertimbangkan interaksi kompleks antara tanaman, hama, musuh alami, dan faktor lingkungan.
Apa saja komponen utama yang membentuk struktur agroekosistem? Menjelaskan masing-masing peran-masing komponen tersebut.
BalasHapusKomponen utama yang membentuk struktur agroekosistem terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik meliputi organisme hidup yang berada di dalam agroekosistem, seperti tanaman, hewan, mikroba, dan manusia. Komponen abiotik meliputi faktor-faktor fisik dan kimia yang mempengaruhi agroekosistem, seperti tanah, air, sinar matahari, kelembaban udara, dan iklim.
Hapus1) Komponen Biotik
Tanaman: Tanaman adalah komponen biotik yang paling penting dalam agroekosistem. Mereka berperan sebagai produsen primer, mengkonversi energi dari sinar matahari menjadi bentuk yang dapat digunakan oleh makhluk hidup lainnya. Tanaman juga berperan dalam mengatur keseimbangan kimia dan fisika lingkungan serta sebagai habitat bagi hewan dan mikroba lainnya
Hewan: Hewan, termasuk serangga, burung, dan hewan lainnya, berperan sebagai konsumen primer dan sekunder dalam agroekosistem. Mereka memainkan peran penting dalam mengatur populasi tanaman dan mengkonsumsi hasil produksi tanaman. Hewan juga berperan dalam proses penguraian bahan organik dan mengembalikan nutrisi ke tanah
Mikroba: Mikroba, seperti bakteri dan fungi, berperan sebagai dekomposer, menguraikan bahan organik menjadi bentuk yang dapat digunakan oleh tanaman. Mereka juga berperan dalam proses penguraian pupuk dan mengembalikan nutrisi ke tanah
Manusia: Manusia, sebagai pengelola agroekosistem, berperan dalam mengatur dan mengelola sistem tersebut. Mereka melakukan intervensi terhadap sistem lingkungan untuk meningkatkan produktivitas dan menghasilkan produk pertanian
2) Komponen Abiotik
Tanah: Tanah adalah komponen abiotik yang penting dalam agroekosistem. Tanah berperan sebagai medium untuk pertumbuhan tanaman, menyimpan air dan nutrisi, serta sebagai habitat bagi mikroba dan hewan kecil
Air: Air adalah komponen abiotik yang sangat penting dalam agroekosistem. Air berperan sebagai sumber energi dan nutrisi untuk tanaman, serta sebagai medium untuk proses fotosintesis
Sinar Matahari: Sinar matahari adalah komponen abiotik yang penting dalam agroekosistem. Sinar matahari berperan sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis dan mengatur keseimbangan kimia dan fisika lingkungan
Kelembaban Udara: Kelembaban udara adalah komponen abiotik yang penting dalam agroekosistem. Kelembaban berperan dalam mengatur keseimbangan kimia dan fisika lingkungan, serta sebagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
Iklim: Iklim adalah komponen abiotik yang penting dalam agroekosistem. Iklim berperan dalam mengatur keseimbangan kimia dan fisika lingkungan, serta sebagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
Komponen utama yang membentuk struktur agroekosistem meliputi:
BalasHapus1.Tanaman (Vegetasi):Peran: Tanaman adalah komponen utama yang menyediakan makanan, serat, dan bahan baku lainnya. Mereka juga berperan dalam menyediakan tempat tinggal bagi hewan, menjaga kestabilan tanah, dan mempengaruhi siklus air dan karbon.
2.Hewan (Fauna):Peran: Hewan termasuk dalam lingkup agroekosistem sebagai konsumen, dekomposer, dan pembawa polinator. Mereka membantu dalam penyebaran biji tanaman, mengendalikan hama dan penyakit, serta meningkatkan kesuburan tanah melalui produksi kotoran.
3.Tanah (Edafik):Peran: Tanah adalah media tumbuh bagi tanaman dan menyediakan nutrisi esensial serta air. Ini juga berperan sebagai penyimpanan karbon, mengatur siklus unsur hara, dan mendukung kehidupan mikroorganisme tanah.
4.Air (Hidrologi):Peran: Air adalah faktor penting dalam agroekosistem untuk kebutuhan tanaman, hewan, dan proses pertanian lainnya. Ini juga mempengaruhi kualitas tanah, irigasi, drainase, dan keberlanjutan sumber daya air.
5.Mikroorganisme (Mikrobiota):Peran: Mikroorganisme tanah seperti bakteri, fungi, dan mikroba lainnya memainkan peran penting dalam siklus nutrisi tanaman, dekomposisi bahan organik, dan pembentukan struktur tanah yang sehat.
6.Pertanaman dan Pengelolaan Lahan (Agro-management):Peran: Praktik pertanian dan pengelolaan lahan seperti pola tanam, penggunaan pupuk, pengendalian hama dan penyakit, serta pengelolaan air adalah faktor-faktor kunci yang membentuk struktur agroekosistem dan mempengaruhi produktivitas serta keberlanjutan sistem.
7.Iklim (Klimatologi):Peran: Faktor iklim seperti suhu, curah hujan, dan intensitas cahaya matahari memengaruhi jenis tanaman yang dapat tumbuh, pola pertanian, serta aktivitas biologis dan ekologis di agroekosistem.
8.Struktur Lanskap (Landscape):Peran: Struktur lanskap, termasuk pola penggunaan lahan, keanekaragaman habitat, dan ketersediaan koridor ekologi, mempengaruhi migrasi hewan, penyebaran tanaman, dan keseimbangan ekosistem di agroekosistem.
Bagaimana cara menentukan batas-batas agroekosistem yang efektif dan berkelanjutan?
BalasHapusMenentukan batas-batas agroekosistem yang efektif dan berkelanjutan membutuhkan pemahaman yang komprehensif tentang ciri-ciri agroekosistem, prinsip-prinsip keberlanjutan, dan pendekatan yang tepat. Dengan melibatkan berbagai pihak terkait dan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan, kita dapat membangun sistem pertanian yang ramah lingkungan, produktif, dan berkelanjutan untuk generasi sekarang dan masa depan.
HapusBagaimana struktur agroekosistem dapat mempengaruhi kinerja sistem?
BalasHapusStruktur agroekosistem, yang didefinisikan sebagai susunan dan interaksi komponen-komponen biotik dan abiotik dalam sistem pertanian, memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja sistem secara keseluruhan. Berikut beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:
Hapus1. Keanekaragaman Hayati:
Keanekaragaman hayati dalam agroekosistem, termasuk tanaman, hewan, dan mikroorganisme, sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekologis dan meningkatkan produktivitas.
Contoh: Tanaman pendamping dapat membantu mengendalikan hama dan penyakit, penyerbuk alami seperti lebah dapat meningkatkan hasil panen, dan mikroorganisme tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah.
2. Interaksi Antar Komponen:
Interaksi antar komponen biotik dan abiotik dalam agroekosistem, seperti simbiosis, predasi, dan kompetisi, memainkan peran penting dalam mengatur aliran energi dan nutrisi.
Contoh: Simbiosis mutualisme antara tanaman polong-polongan dan bakteri pengikat nitrogen membantu meningkatkan kesuburan tanah, predasi serangga hama oleh burung membantu mengendalikan populasi hama, dan kompetisi antar tanaman dapat mendorong pertumbuhan yang lebih kuat.
3. Desain dan Tata Kelola Agroekosistem:
Desain dan tata kelola agroekosistem yang tepat, seperti rotasi tanaman, penerapan pupuk organik, dan konservasi air, dapat meningkatkan efisiensi sistem dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Contoh: Rotasi tanaman dapat membantu mencegah hama dan penyakit, penerapan pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, dan konservasi air dapat membantu menjaga ketersediaan air untuk tanaman.
4. Pengaruh Faktor Abiotik:
Faktor abiotik seperti iklim, tanah, dan air juga berperan penting dalam menentukan kinerja agroekosistem.
Contoh: Iklim yang sesuai dengan jenis tanaman yang ditanam dapat meningkatkan hasil panen, tanah yang subur dapat mendukung pertumbuhan tanaman yang optimal, dan ketersediaan air yang cukup dapat mencegah tanaman kekeringan.
Dampak Struktur Agroekosistem:
Struktur agroekosistem yang baik dapat menghasilkan berbagai manfaat, antara lain:
Meningkatkan produktivitas: Sistem yang beragam dan seimbang dapat menghasilkan panen yang lebih tinggi dan berkualitas lebih baik.
Meningkatkan ketahanan: Sistem yang tahan banting dapat lebih mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan mengatasi stres seperti hama, penyakit, dan kekeringan.
Mengurangi dampak lingkungan: Sistem yang berkelanjutan dapat meminimalkan penggunaan bahan kimia dan polusi, serta menjaga kesehatan tanah dan air.
Kesimpulan:
Memahami struktur agroekosistem dan bagaimana interaksinya dengan berbagai komponen biotik dan abiotik sangat penting untuk merancang dan mengelola sistem pertanian yang produktif, tahan banting, dan berkelanjutan.
Dengan menerapkan praktik-praktik yang mempertimbangkan keanekaragaman hayati, interaksi antar komponen, desain dan tata kelola yang tepat, serta faktor abiotik, kita dapat mencapai kinerja agroekosistem yang optimal dan berkontribusi pada ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan.
Apa yang akan terjadi jika salah satu proses makan memakan atau raintai makanan terputus dalam satu ekosistem dan agroekosistem..? Berikan beberapa contoh kasus dalam permasalahan tersebut..!
BalasHapus
HapusJika salah satu proses makan-memakan atau rantai makanan terputus dalam suatu ekosistem atau agroekosistem, hal ini dapat menyebabkan berbagai dampak yang signifikan. Berikut adalah beberapa kemungkinan yang dapat terjadi dan contoh kasus dalam masing-masing ekosistem:
Dampak dalam Ekosistem Alami:
Kepunahan Spesies:
Jika salah satu spesies predator hilang, populasi mangsanya bisa meningkat secara drastis, menyebabkan overgrazing atau overpredation yang mengganggu keseimbangan ekosistem.
Contoh: Hilangnya serigala di Yellowstone menyebabkan peningkatan populasi rusa yang berakibat pada penurunan vegetasi tertentu, yang pada akhirnya mempengaruhi seluruh ekosistem sungai dan daratan di sekitarnya.
Perubahan Struktur Komunitas:
Perubahan dalam rantai makanan dapat menyebabkan pergeseran dalam struktur komunitas, di mana beberapa spesies mungkin menjadi lebih dominan sementara yang lain mungkin terdesak.
Contoh: Penangkapan ikan berlebihan (overfishing) spesies predator seperti hiu dapat menyebabkan peningkatan populasi ikan kecil dan invertebrata yang mereka makan, yang pada gilirannya dapat merusak terumbu karang karena tidak terkontrol.
Gangguan pada Siklus Nutrien:
Hilangnya spesies tertentu dapat mengganggu siklus nutrien, karena spesies tersebut mungkin berperan penting dalam proses seperti penguraian atau penyerbukan.
Contoh: Penurunan populasi lebah karena pestisida atau penyakit dapat mengurangi penyerbukan tumbuhan, yang mengurangi keberagaman tanaman dan produktivitas ekosistem.
Dampak dalam Agroekosistem:
Penurunan Hasil Panen:
Hilangnya spesies penting seperti serangga penyerbuk dapat mengurangi produktivitas tanaman yang bergantung pada penyerbukan, mengurangi hasil panen.
Contoh: Penurunan populasi lebah madu akibat penggunaan pestisida neonicotinoid telah menyebabkan penurunan hasil panen tanaman seperti almond dan buah-buahan lainnya.
Peningkatan Hama:
Jika predator alami dari hama pertanian hilang, populasi hama dapat meningkat, menyebabkan kerusakan tanaman yang lebih besar dan penurunan produktivitas pertanian.
Contoh: Penggunaan pestisida yang membunuh predator alami seperti burung atau serangga predator dapat menyebabkan ledakan populasi hama seperti ulat atau belalang, yang merusak tanaman pangan.
Erosi Tanah dan Penurunan Kesuburan:
Kehilangan vegetasi penutup akibat hilangnya herbivora atau perubahan dalam praktik pertanian dapat meningkatkan erosi tanah dan menurunkan kesuburan lahan.
Contoh: Hilangnya praktik rotasi tanaman dan monokultur yang intensif dapat mengurangi kesuburan tanah dan meningkatkan erosi, mengurangi produktivitas jangka panjang lahan pertanian.
Kasus-kasus Khusus:
Pemanasan Global dan Pemutihan Terumbu Karang:
Pemanasan global telah menyebabkan pemutihan terumbu karang, yang mempengaruhi seluruh ekosistem laut yang bergantung pada terumbu karang sebagai habitat dan sumber makanan.
Deforestasi dan Penurunan Biodiversitas:
Deforestasi di Amazon mengakibatkan hilangnya habitat bagi banyak spesies, mengganggu rantai makanan dan menyebabkan penurunan biodiversitas yang signifikan.
Dengan demikian, pemutusan rantai makanan dalam ekosistem dan agroekosistem dapat memicu serangkaian efek domino yang merusak keseimbangan ekologis, mengurangi keanekaragaman hayati, dan menurunkan produktivitas ekosistem alami maupun buatan.
Apa saja faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan batas agroekosistem untuk pelaksanaan PHT?
BalasHapus
HapusDalam menentukan batas agroekosistem untuk pelaksanaan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan:
1. Jenis Hama dan Penyakit Tanaman:
Jenis hama dan penyakit tanaman yang menyerang: Faktor ini penting untuk menentukan metode pengendalian yang tepat dan efektif.
Populasi hama dan penyakit tanaman: Populasi hama dan penyakit tanaman di setiap agroekosistem dapat berbeda-beda, sehingga perlu dilakukan pemantauan terlebih dahulu.
Siklus hidup hama dan penyakit tanaman: Siklus hidup hama dan penyakit tanaman dapat membantu menentukan waktu yang tepat untuk melakukan pengendalian.
2. Kondisi Agroekosistem:
Jenis tanaman yang ditanam: Jenis tanaman yang ditanam di setiap agroekosistem dapat berbeda-beda, sehingga perlu diperhatikan jenis tanaman yang rentan terhadap hama dan penyakit tertentu.
Kondisi tanah: Kondisi tanah, seperti tekstur, pH, dan kesuburan tanah, dapat memengaruhi perkembangan hama dan penyakit tanaman.
Iklim: Faktor iklim, seperti suhu, curah hujan, dan kelembaban udara, dapat memengaruhi perkembangan hama dan penyakit tanaman.
Keberadaan musuh alami hama: Keberadaan musuh alami hama, seperti predator, parasitoid, dan patogen, dapat membantu mengendalikan populasi hama.
3. Faktor Ekonomi dan Sosial:
Biaya pengendalian: Biaya pengendalian hama dan penyakit tanaman perlu dipertimbangkan untuk memastikan kelayakan ekonomi.
Ketersediaan teknologi dan sumber daya: Ketersediaan teknologi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan PHT perlu dipastikan.
Keterlibatan petani dan masyarakat: Keterlibatan petani dan masyarakat dalam pelaksanaan PHT sangat penting untuk memastikan keberhasilan program.
4. Kebijakan dan Peraturan:
Kebijakan dan peraturan pemerintah terkait PHT: Kebijakan dan peraturan pemerintah perlu dipatuhi dalam pelaksanaan PHT.
Kerjasama dengan pihak-pihak terkait: Kerjasama dengan pihak-pihak terkait, seperti pemerintah, lembaga penelitian, dan organisasi non-pemerintah, dapat membantu dalam pelaksanaan PHT yang efektif.
bagaimana proses fotosintesis memengaruhi kinerja agroekosistem holtikultura?
BalasHapusProses fotosintesis memainkan peran penting dalam kinerja agroekosistem holtikultura karena merupakan proses utama di mana tanaman mengubah energi matahari menjadi energi kimia yang dapat digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka. Secara khusus, fotosintesis memiliki dampak langsung pada:
HapusProduksi Biomassa: Melalui fotosintesis, tanaman menghasilkan biomassa yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman itu sendiri dan untuk bagian-bagian yang dapat dimanfaatkan seperti daun, buah, dan akar. Produksi biomassa yang baik akan mendukung produktivitas keseluruhan agroekosistem holtikultura.
Produksi Oksigen: Fotosintesis menghasilkan oksigen sebagai produk sampingan, yang sangat penting untuk mempertahankan kualitas udara di sekitar agroekosistem. Oksigen juga diperlukan oleh tanaman dan organisme tanah untuk respirasi.
Siklus Karbon: Proses fotosintesis juga memainkan peran penting dalam menyimpan karbon di dalam tanaman. Karbon yang diambil dari atmosfer melalui fotosintesis disimpan dalam bentuk biomassa tanaman. Ini penting dalam mitigasi perubahan iklim karena membantu mengurangi konsentrasi karbon dioksida dalam atmosfer.
Siklus Air: Tanaman menggunakan air dalam proses fotosintesis, dan sebagian besar air yang diserap oleh tanaman kemudian dikembalikan ke atmosfer melalui transpirasi. Ini memengaruhi siklus air di agroekosistem dan dapat mempengaruhi ketersediaan air untuk tanaman dan organisme lainnya.
Kehidupan Tanah: Fotosintesis juga memengaruhi ketersediaan karbon organik dalam tanah melalui jaringan akar tanaman dan dekomposisi bahan organik. Ini dapat memengaruhi kesehatan tanah dan produktivitas keseluruhan agroekosistem.
Dengan demikian, pemahaman yang baik tentang proses fotosintesis dan bagaimana hal itu memengaruhi kinerja agroekosistem holtikultura penting untuk merencanakan praktik pertanian yang berkelanjutan dan efisien.
Proses Fotosintesis memengaruhi berbagai aspek kinerja, seperti produktivitas, kualitas produk, ketahanan hama dan penyakit, dan kelestarian lingkungan. Memahami proses fotosintesis dan faktor-faktor yang memengaruhinya dapat membantu petani holtikultura mengoptimalkan produksi dan menjaga kelestarian lingkungan.
HapusBagaimana peran keberagaman hayati dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan meningkatkan produktivitas agroekosistem?
BalasHapusKeberagaman hayati merupakan elemen penting dalam menjaga keseimbangan dan meningkatkan produktivitas agroekosistem. Dengan melestarikan dan meningkatkan keanekaragaman hayati, kita dapat mendukung sistem pertanian yang berkelanjutan dan memastikan ketahanan pangan bagi generasi mendatang.Contoh Peran Keberagaman Hayati: Di sawah, keberadaan berbagai jenis serangga, seperti laba-laba dan kepik, membantu mengendalikan populasi hama wereng dan walang sangit.
Hapus1. Keberagaman hayati menjaga keseimbangan ekosistem dengan memberikan berbagai fungsi ekologis seperti pengendalian hama, penyediaan nutrisi, dan penyerbukan tanaman.
BalasHapus2. Dalam agroekosistem, keberagaman hayati dapat meningkatkan produktivitas melalui diversifikasi tanaman, penggunaan organisme penyerbuk, dan pengendalian hama secara alami.
3. Konservasi keberagaman hayati melalui praktik pertanian berkelanjutan dan perlindungan habitat alami dapat memperkuat keseimbangan ekosistem dan meningkatkan produktivitas jangka panjang.
4. Penggunaan teknologi modern seperti perangkat lunak peman dapat membantu dalam pemantauan dan manajemen keberagaman hayati untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
5. Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya keberagaman hayati juga memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan meningkatkan produktivitas agroekosistem.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan agroekosistem?
BalasHapusKesehatan agroekosistem dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berhubungan dengan ekologi, manajemen pertanian, dan kebijakan. Berikut adalah faktor-faktor utama yang mempengaruhi kesehatan agroekosistem: 1. **Keanekaragaman Hayati**: - **Tanaman**: Keanekaragaman tanaman (varietas dan spesies) membantu mengurangi risiko serangan hama dan penyakit serta meningkatkan stabilitas ekosistem. - **Hewan**: Keberadaan berbagai jenis hewan termasuk serangga penyerbuk, predator alami hama, dan hewan ternak, berkontribusi pada keseimbangan ekosistem. - **Mikroorganisme**: Mikroorganisme tanah memainkan peran penting dalam siklus nutrisi dan kesehatan tanaman.
HapusFaktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Agroekosistem, yaitu:
Hapus1.Faktor Biotik: seperti keanekaragaman hayati, aktivitas mikroorganisme, dan interaksi antarorganisme
2. Faktor Abiotik: seperti iklim, air, dan pengelolaan manusia
3. Faktor lain: seperti hama dan penyakit, Penyerbukan, dan erosi tanah.
Sebutkan beberapa Contoh penerapan Agroekosistem dalam PHT?
BalasHapusBerikut beberapa contoh penerapan agroekosistem dalam PHT:
Hapus1. Rotasi tanaman
2. Polikultur
3. Penggunaan tanaman penutup (cover crops)
4. Penanaman tanaman pengusir hama
5. Penggunaan musuh alami
6. Tanaman perangkap
7. Pengelolaan habitat
8. Pengelolaan tanah yang baik
9. Pengelolaan air yang efisien
Perbedaan intervensi manusia dalam agroekosistem dan ekosistem alami menyebabkan perbedaan dalam nilai kinerja masing-masing. Agroekosistem fokus pada produktivitas dan keuntungan ekonomi, sedangkan ekosistem alami fokus pada keseimbangan ekologis dan keanekaragaman hayat
BalasHapusApa yang dimaksud dengan agroekosistem? Jelaskan komponen-komponen utama penyusun suatu agroekosistem!
BalasHapusjelaskan perubahan struktur agroekosistem yang berbeda dari ekosistem alami dan penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan PHT
BalasHapusPerubahan struktur agroekosistem yang berbeda dari ekosistem alami dalam konteks pengelolaan hama terpadu (PHT) merupakan hasil interaksi antara organisme dan lingkungan yang dibuat oleh manusia. Agroekosistem, misalnya, dapat diciptakan oleh petani untuk meningkatkan produksi pertanian, namun hal ini dapat mengakibatkan perubahan besar dalam keanekaragaman, stabilitas, dan isolasi. Perbedaan struktur agroekosistem ini penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan PHT karena mempengaruhi cara petani mengelola tanaman dan lingkungan mereka.
BalasHapusPHT, yang didasarkan pada prinsip-prinsip ekologi, fokus pada pengelolaan agroekosistem secara teratur dan berkelanjutan. Dalam PHT, petani diperlukan untuk memahami interaksi organisme dan lingkungan serta memperhatikan perubahan struktur agroekosistem yang dapat mempengaruhi populasi hama dan kerusakan tanaman. Oleh karena itu, analisis agroekosistem yang komprehensif dan berkelanjutan sangat penting dalam PHT untuk memahami perubahan struktur agroekosistem dan mengembangkan strategi pengelolaan yang efektif dan efisien.
Dalam pelaksanaan PHT, perubahan struktur agroekosistem yang berbeda dari ekosistem alami dapat diantisipasi dengan memperhatikan beberapa faktor, seperti:
Penggunaan pestisida : Penggunaan pestisida secara berlebihan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan mempengaruhi populasi hama, sehingga perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida dan memilih alternatif yang lebih alami.
- Pengelolaan tanaman : Pengelolaan tanaman yang tidak efektif dapat mengakibatkan perubahan struktur agroekosistem, seperti menurunnya keanekaragaman hayati dan stabilitas ekosistem.
- Pengelolaan lingkungan : Pengelolaan lingkungan yang tidak berkelanjutan dapat mengakibatkan perubahan struktur agroekosistem, seperti penurunan kualitas udara dan tanah.
Dengan memperhatikan perubahan struktur agroekosistem yang berbeda dari ekosistem alami, petani dapat mengembangkan strategi pengelolaan yang lebih efektif dan efisien dalam menghadapi hama dan meningkatkan produksi pertanian secara berkelanjutan.
Penerapan agroekosistem apa yang harus di terapkan oleh petani?
BalasHapus