Selamat Datang

Selamat datang di blog baru matakuliah Pengendalian Hama Terpadu, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana. Tulisan pada blog terdiri atas ringkasan materi kuliah yang diajarkan dalam matakuliah ini. Silahkan kunjungi blog secara rutin dan jelajahi bagian-bagiannya untuk memperoleh berbagai informasi yang diperlukan dalam mempelajari mata kuliah Pengendalian Hama Terpadu.

Rabu, 24 April 2024

5.3. Pelaksanaan PHT (3): Melakukan Pemantauan Agroekosistem dan Mengevaluasi Pelaksanaan PHT

Peraturan perundang-undangan menyebutkan PHT sebagai sistem perlindungan tanaman padahal secara akademik, PHT juga merupakan program, pendekatan, strategi, dan pengambilan keputusan perlindungan tanaman. Karena PHT merupakan program, pendekatan, strategi, dan pengambilan keputusan maka sudah barang tentu juga ada program, pendekatan, strategi, dan pengambilan keputusan lain selain PHT. Apakah program, pendekatan, strategi, dan pengambilan keputusan lain selain PHT itu? Pada materi kuliah ini kita akan mempelajari pengendalian secara terjadwal yang dilaksanakan sebelum PHT dan dampak yang ditimbulkannya, kaitan PHT dengan pendekatan pengelolaan secara ekologi, dan ketahanan hayati (biosecurity), serta kaitan pendekatan pengendalian hama dengan perkembangan paradigma pertanian.


5.3.1. MATERI KULIAH

5.3.1.1. Membaca Materi Kuliah
Pemantauan Agroekosistem: Apa, Mengapa, dan Bagaimana?
Pemantauan agroekosistem merupakan pelaksanaan pengamatan yang dilakukan di seluruh hamparan agroekosistem untuk menentukan keadaan tanaman, lingkungan fisik tanaman, jenis dan padat populasi hama (dalam arti luas), jenis dan padat populasi musuh alami, pelaksanaan pengendalian hama, produksi, dsb., yang dilakukan secara bersama oleh seluruh petani dalam hamparan sebagai dasar pengambilan keputusan pengendalian dan dasar evaluasi pelaksanaan PHT. Pemantauan agroekosistem dalam PHT mencakup:
  1. Pemantauan agroekosistem: mengamati dan/atau mengukur berbagai aspek agroekosistem yang diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan pengelolaan agroekosistem.
  2. Pemantauan hama: mengamati dan/atau mengukur padat populasi hama dan musuh alaminya secara tidak langsung dengan memasang perangkap, lazim dilakukan untuk memberikan peringatan dini;
  3. Scouting: mengamati dan/atau mengukur padat populasi hama dan musuh alaminya secara langsung dengan melakukan pencacahan individu hama, lazim dilakukan sebagai dasar pengambilan keputusan pengendalian.
Pemantauan agroekosistem secara menyeluruh dilakukan hanya beberapa kali, sedangkan p-emantauan dan scouting hama dan musuh alaminya perlu dilakukan berkali-kali dengan jadwal yang disepakati melalui rapat kelompok tani.

Pemantauan agroekosistem perlu dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman, perkembangan populasi hama dan populasi musuh alami sebagai dasar pengambilan keputusan pengendalian, dan kinerja agroekosistem sebagai dasar melakukan evaluasi pelaksanaan PHT. Melalui pemantauan dan scouting secara rutin maka segera dapat diambil keputusan pengendalian hama untuk mencegah tanaman mengalami kerusakan yang dapat menimbulkan kehilangan hasil sehingga kinerja agroekosistem menjadi menurun. Pemantauan agroekosistem dan scouting merupakan prinsip dasar PHT sehingga tanpa pemantauan agroekosistem maupun scouting maka pengendalian hama tidak dapat dikatakan dilakukan dengan menggunakan sistem PHT, meskipun pengendalian dilakukan dengan menggunakan beberapa cara pengendalian. Dengan kata lain, dalam konteks perlindungan tanaman pemantauan ekosistem dan scouting dilakukan agar perlindungan tanaman yang dilakukan dapat disebut sebagai menggunakan sistem PHT.

Pemantauan agroekosistem dan scouting dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap sampel. Sampel dapat berupa kuadrat, rumpun tanaman, individu tanaman, atau bagian tertentu tanaman. Sampel diambil untuk mewakili populasi, artinya data yang diperoleh dapat menggambarkan keadaan agroekosistem secara keseluruhan. Untuk memungkinkan sampel dapat mewakili agroekosistem secara keseluruhan maka sampel perlu diambil dengan menggunakan rancangan pengambilan sampel acak atau sistematik. Namun bergantung pada satuan sampel yang akan diambil untuk diamati, pengambilan sampel secara acak sering tidak memungkinkan sehingga pengambilan sampel dilakukan secara sistematik. Pengambilan sampel secara acak atau secara sistematik dapat dilakukan secara sederhana (simple) atau menggunakan rancangan yang kompleks. 
 
Pemantauan Agroekosistem untuk Ulat Grayak Amerika sebagai Contoh
PHT biasanya dilaksanakan untuk jenis hama tertentu pada jenis tanaman tertentu sehingga pemantauan agroekosistem dan scouting juga dilakukan deimikian. Sebagai contoh akan diuraikan pemantauan agroekosistem budidaya tanaman jagung dan scouting hama ulat grayak amerika (Fall Army Worm, FAW). Agroekosistem budidaya tanaman jagung dapat merupakan agroekosistem budidaya jagung tradisional sebagaimana misalnya perladangan tebas bakar atau agroekosistem budidaya tanaman jagung secara modern pada lahan yang dibudidayakan secara menetap. Ulat grayak amerika, sebagaimana namanya, merupakan hama yang berasal dari benua Amerika yang kemudian menyebar ke Afrika dan kemudian ke Eropa dan Asia, masuk ke Indonesia pada sekitar 2019 dan pada 2020 masuk di NTT.

Pemantauan agroekosistem dalam kaitan dengan pengendalian ulat grayak amerika dilakukan untuk dengan mencari informasi mengenai struktur, proses, fungsi, kinerja, dan batas-batas agroekosistem sebagaimana sudah diuraikan di atas. Secara lebih spesifik, informasi yang diperlukan adalah sebagai berikut:
  1. Menentukan secara spesifik agroekosistem jagung yang akan dipantau dengan menyebutkan batas-batas fisik dan hayati, proses, dan sosial, dengan menyertakan informasi mengenai garis lintang, garis bujur, ketinggian, suhu rata-rata dan curah hujan tahunan rata-rata di wilayah agroekosistem dan saat tanam dilakukan.
  2. Menentukan luas areal total jagung (dalam hektar), proporsinya terhadap luas areal total jagung di wilayah di mana agroekosistem yang dipantau merupakan bagiannya disertai dengan informasi mengenai kalender tanam, sistem tanam (misalnya pola rotasi dan/atau tumpang sari), metode irigasi yang umum, sistem pemupukan yang umum, dan rata-rata luas lahan (dalam hektar) per per petani dalam agroekosistem.
  3. Tentukan sejak kapan ulat grayak amerika menyerang pada tahun-tahun sebelumnya, jenis tanaman inang yang dirusak, dan rata-rata kehilangan hasil panen yang terjadi disertai dan jika memungkinkan disertai dengan informasi mengenai migrasi musiman, sejarah pengamatan yang pernah dilakukan, dan arah penyebaran di wilayah di mana agroekosistem merupakan bagiannya.
  4. Tentukan praktik yang pernah dilakukan oleh petani disertai dengan informasi mengenai perkiraan efektivitas tiap-tiap praktik dan sumber informasi tersebut, pelatihan yang pernah diterima oleh petani, dan cara pengendalian serta prasarana dan sarana yang dapat diakses dan digunakan oleh petani. 
  5. Tentukan tantangan yang mungkin akan dihadapi dalam pelaksanaan PHT, meliputi tantangan dalam hal koordinasi, sumber daya, kapasitas teknis dan penyuluhan, ketersediaan/keterjangkauan teknologi, dan kapasitas petani.
Setelah memperoleh informasi mengenai agroekosistem sebagaimana diuraikan di atas, langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan penerapan PHT dalam kaitan dengan:
  1. Mengurangi kehilangan hasil, menentukan berapa produksi sebelum terjadi ledakan ulat grayak amerika, berapa produksi setelah terjadi ledakan, dan berapa produksi yang ingin dicapai setelah menerapkan PHT untuk mengendalikan ulat grayak amerika. 
  2. Mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan hidup, menentukan apakah selama ini dilakukan pemupukan dan pengendalian dengan insektisida, jenis pupuk dan insektisida apa yang digunakan, jenis dan populasi musuh alami sebelum dan setelah menggunakan insektisida, serta jenis dan populasi ikan dalam perairan,
  3. Meningkatkan dampak positif sosial ekonomis, berapa pendapatan petani dari usahatani jagung sebelum dan setelah terjadi ledakan ulat grayak amerika.
  4. Meningkatkan kapasitas dinas dan petani, apakah dinas masih menggunakan PHT sebagai sistem perlindungan tanaman, kapasitas teknis dinas dalam memberikan pendampingan kepada petani, bagaimana kaspasitas petani dalam melaksanakan pemantauan agroekosistem dan scouting, apakah petani memerlukan pendampingan, dsb.
Tujuan dalam kaitan dengan keempat aspek di atas diperlukan untuk menenentukan tujuan scouting menemukan padat populasi ulat grayak amerika berapa kelompok telur, berapa larva, atau berapa imago maka tindakan pengendalian dengan menggunakan insektisida perlu dilakukan. 

Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah belajar mengidentifikasi dan menentukan daur hidup ulat grayak amerika. Untuk belajar mengidentifikasi diperlukan panduan identifikasi, antara lain silahkan pelajari buku panduan Fall Armyworm Field Handbook: Identification and Management dari FAO & CABI (2019), Quick Guide: Fall Armyworm dari Plant Health Australia (2020), dan Pengenalan Fall Armyworm (Spodoptera fruigiperda J.E. Smith): Hama Baru pada Tanaman Jagung di Indonesia dari Balai Penelitian Tanaman Serealia Balitbangtan Kementan (2019). Pengenalan terutama perlu dilakukan untuk membedakan ulat grayak amerika dari ulat grayak lainnya, yaitu S. littoralis, S. litura, dan S. eridania. Setelah benar-benar bisa mengidentifikasi ulat grayak dengan benar, langkah berikutnya adalah mempelajari daur hidupnya. Daur hidup berbeda bergantung pada lokasi dan tanaman inang, silahkan pelajari daur hidup di Bogor pada tanaman jagung, di Jember pada tanaman lettuce dan pakcoi, dan di Makassar pada tanaman kedelai. Setelah dapat mengidentifikasi dan mengetahui daur hidup ulat grayak amerika, yang juga perlu dilakukan adalah mengetahui dan mengidentifikasi musuh alaminya, terutama musuh alami lokal sebagaimana diuraaikan dalam bab Recognizing Indigenous Biological Control to Supress FAW dalam buku Manual on Integrated Fall Armyworm Management.

Gambar 5.3.1. Daur hidup dan kerusakan tanaman jagung yang disebabkan oleh ulat grayak amerika (klik untuk memperbesar)

Untuk melakukan scouting perlu silakukan pengambilan sampel (sampling). Pengambilan sampel mencakup paling tidak: satuan pengambilan sampel (sampling unit), ukuran sampel (sample size), dan rancangan pengambilan sampel (sampling design). Satuan pengambilan sampel merupakan satuan yang akan diamati pada saat melakukan pengambilan sampel. Pada pertanaman jagung, satuan pengambilan sampel dapat berupa kuadrat sampel atau individu tanaman jagung atau sejumlah individu dalam baris tanaman jagung. Kuadrat sampel atau ubinan digunakan jika jagung ditanam sevara tidak beraturan, individu digunakan jika jagung ditanam secara teratur dalam jarak antar individu dan antar tanaman yang seragam, dan jumlah individu dalam baris digunakan apabila jagung ditanam dengan jarak antar baris yang seragam tetapi tidak seragam dalam jarak antar tanaman. Ukuran sampel merupakan jumlah satuan sampel yang perlu diamati agar sampel dapat mewakili populasi tanaman jagung di dalam hamparan. Satuan sampel dapat dihitung secara statistik, tetapi biasanya ditentukan berdasarkan informasi yang tersedia. Rancangan pengambilan sampel merupakan cara bagaimana satuan sampel ditentukan untuk diamati. Cara yang paling baik secara statistik adalah secara acak dalam rancangan pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling). Namun pengambilan sampel secara acak memerlukan kerangka pengambilan sampel (sampling frame), yaitu daftar satuan sampel yang menjadi objek pengacakan. Dalam hal pengambilan sampel terhadap tanaman jagung, diperlukan daftar seluruh tanaman jagung yang terdapat dalam agroekosistem yang tenstu saja tidak tersedia. Oleh karena itu, pengambilan sampel tidak dapat dilakukan secara acak, melainkan secara sistematik menggunakan rancangan pengambilan sampel sistematik sederhana (simple systematic sampling). Untuk mempelajari rancangan pengambilan sampel dalam melakukan pemantauan agroekosistem dan scouting, silahkan unduh dan baca buku klasik Sampling Methods for Agricultural Surveys (FAO, 1989) dan untuk penggunaan pendekatan yang lebih modern silahkan unduh dan baca bab Sampling, Data Collection, and Estimation in Agricultural Surveys (Nusser & House, 2009) dalam buku  Handbook of Statistics - Sample Surveys: Design, Methods and Applications

Setelah memahami mengenai pengambilan sampling maka selanjutnya perlu mempelajari cara melakukan pemantauan dan scouting ulat grayak amerika dan musuh alaminya. Pemantauan ulat grayak amerika dan musuh alaminya perlu dilakukan sebagai langkah deteksi cepat (rapid detection) guna memperoleh peringatan dini (early warning), dilakukan terutama dengan memasang perangkap, terutama perangkap feromon (pheromone trap) yang menggunakan umpan yang khusus dapat menarik ulat grayak amerika, terutama imago jantan. Pemasangan perangkap dilakukan pada lahan petani sejak sebulan sebelum tanam dengan cara menggantungkan secara vertikal sesuai dengan tinggi tanaman jagung. Pengamatan perangkap dilakukan setiap minggu untuk menghidung jumlah imago ulat grayak jantan yang terperangkap. FAO dan CABI telah menerbitkan buku panduan mengenai pemantauan, peringatan dini, dan pengelolaan ulat grayak amerika (Community-Based Fall Armyworm Monitoring, Early Warning, and Management) untuk menjadi rujukan dalam pemasangan pengamatan perangkap dengan melibatkan petani. Hasil pemantauan merupakan peringatan dini mengenai ancaman ulat grayak amerika sehingga jika jumlah yang terperangkap tinggi maka petani perlu melakukan scouting sejak fase pertumbuhan awal tanaman jagung.

Gambar 5.3.2. Perangkap feromon untuk ulat grayak amerika, A: Bentuk perangkan, B: Ulat grayak amerika dewasa terperangkap, C: Cairan pestisida pada dasar wadah perangkap, D: Bagian-bagian perangkap, dan E: Penempatan perangkap dengan cara digantung vertikal pada areal pertanaman jagung (klik untuk memperbesar)

Pertumbuhan tanaman jagung terdiri atas beberapa fase. Setiap fase pertumbuhan tanaman jagung mempunyai kerentanan yang berbeda-beda dalam menghadapi serangan ulat grayak amerika. Oleh karena itu, FAO merekomendasikan ambang ekonomi yang berbeda-beda sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman jagung. Mengingat daur hidup ulat grayak amerika berlangsunh selama 30-40 hari maka untuk mengambil keputusan pengendalian berdasarkan ambang ekonomi maka FAO merekomendasikan pemantauan ulat grayak amerika dilakukan secara mingguan pada 3 fase yang berbeda sebagai berikut:
  • Fase pertumbuhan vegetatif awal (V1-V6, sejak berkecambah sampai awal pembentukan tongkol), dilakukan dengan berdiri pada titik tengah batas lebar lahan pertanaman jagung kemudian melangkah dengan pola zigzag ke arah kanan sampai pertengahan dengan batas kanan dan kemudian ke kiri sampai pertengahan batas kiri lahan sedemikian sehingga sampai pada batas lebar di seberang tempat berdiri diperoleh lima titik pemberhentian (pola W). Pada setiap titik pemberhentian lakukan pengamatan terhadap 10-20 tanaman dengan memeriksa infestasi oleh ulat grayak amerika pada 3 helai daun paling muda. Ambang pengendalian ulat grayak amerika pada fase pertumbuhan vegetatif awal adalah infestasi 20% (kisaran 10-30%) tanaman. 
  • Fase pertumbuhan vegetatif lanjut (V7-VT, awal pembentukan tongkol sampai sampai pembentukan biji), dilakukan dengan cara yang sama seperti pada fase pertumbuhan vegetatif awal, ambang pengendalian ulat grayak amerika pada fase pertumbuhan vegetatif awal adalah infestasi 40% (kisaran 30-50%) tanaman. 
  • Fase pertumbuhan generatif (R1-R3, pembentukan biji sampai panen), dilakukan dengan berdiri pada titik tengah batas lebar lahan pertanaman jagung kemudian melangkah dengan pola lurus ke depan lalu berbelok ke kanan sampai pertengahan dengan batas kanan dan kemudian kembali ke arah tengah lebar lahan, berjalan ke depan dan kemudian berbelok ke kiri sampai pertengahan batas kiri lahan sedemikian sehingga sampai pada batas lebar di seberang tempat berdiri diperoleh lima titik pemberhentian (pola tangga). Pada setiap titik pemberhentian lakukan pengamatan terhadap 10-20 tanaman dengan memeriksa infestasi oleh ulat grayak amerika pada tongkol yang telah terbentuk. Ambang pengendalian ulat grayak amerika pada fase pertumbuhan vegetatif awal adalah infestasi 20% (kisaran 10-30%) tanaman. 
Gambar 5.3.3. Fase pertumbuhan tanaman jagung (klik untuk memperbesar)

Perhatikan bahwa ambang ekonomi diberikan dalam angka rata-rata dan angka kisaran. Angka rata-rata digunakan jika terdapat musuh alami dengan tingkat keragaman jenis dan padat populasi jenis sedang. Jika keanekaragaman jenis dan padat populasi jenis musuh alami rendah maka ambang ekonomi dapat diturunkan menjadi lebih rendah dari angka rata-rata tetapi tidak lebih rendah dari angka batas terendah, sebaliknya jika keanekaragaman jenis dan padat populasi jenis musuh alami tinggi maka ambang ekonomi dapat dinaikkan dari angka rata-rata tetapi tidak boleh lebih tinggi dari angka batas tertinggi. Ambang ekonomi dalam hal ini digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan pengendalian dengan menggunakan insektisida kimiawi. Jika pada populasi ulat grayak amerik belum mencapai ambang ekonomi maka pengendalian dengan menggunakan insektisida kimiawi belum perlu dilakukan.

Gambar 5.3.4. Rancangan pengambilan sampel untuk scouting ulat grayak amerika dan musuh alaminya, 1: Pola letak satuan sampel pada lagan pertanaman jagung, garis putih menunjukkan pola huruf W, garis kuning tipis menunjukkan arah berjalan, dan garis kuning tebal menunjukkan baris tanaman jagung terdiri atas 10 tanaman, 2: Pengambilan sampel dengan pola huruf W, dan 3: Pengambilan sampel dengan pola anak tangga.

Setelah membaca materi kuliah mengenai pemantauan agroekosistem untuk pelaksanaan PHT ulat grayak amerika, mudah-mudahan Anda menjadi dapat menjadi lebih memahami apa yang dimaksud dengan istilah terpadu dalam PHT. Istilah terpadu bermakna menggabungkan menjadi satu kesatuan sehingga kesatuan yang dihasilkan berkinerja lebih baik daripada kinerja bagian-bagiannya. Pemaduan menghasilkan sistem, sehingga PHT ditetapkan dalam UU sebagai sistem perlindungan tanaman. Namun yang dipadukan dalam PHT bukan tanaman, bukan hama, bukan juga cara pengendalian. Terpadu dalam PHT adalah menggabungkan cara pandang, cara berpikir, dan cara memerlakukan hama yang akan kita kendalikan. Mengendalikan hama dalam PHT bukan sekedar menurunkan populasi hama, melainkan menurunkan populasi dengan cara yang menguntungkan secara ekonomis dan dengan cara yang tidak menimbulkan dampak yang merugikan terhadap kesehatan dan terhadap lingkungan hidup. Dengan menggunakan PHT sebagai sistem, program, pendekatan, strategi, atau dukungan pengambilan keputusan, asalkan silakukan sesuai dengan prosedur PHT, melakukan pengendalian satu jenis hama pada satu jenis tanaman dengan menggunakan satu cara pengendalian atau bahkan tidak melakukan pengendalian tetap dapat disebut melaksanakan PHT. 

Perencanaan dan Evaluasi Pelaksanaan PHT
Sebagai program, PHT perlu dievaluasi. Agar dapat dievaluasi maka PHT perlu direncanakan. Mengapa agar dapat dievaluasi maka PHT perlu direncanakan? Karena evaluasi PHT merupakan proses untuk menentukan kinerja PHT. Kinerja PHT mencakup kinerja ekonomi, kinerja lingkungan hidup, dan kinerja sosial. Oleh karena itu maka untuk mengevaluasi diperlukan apa yang diukur, bagaimana cara mengukurnya, dan apa indikatornya. Apa yang diukur merupakan hierarki tujuan dalam kaitan dengan pencapaian sasaran kinerja ekonomi, kinerja lingkungan hidup, dan kinerja sosial pelaksanaan PHT. Hierarki tujuan merupakan tujuan yang disusun dari tujuan paling khusus, tujuan menengah, dan tujuan paling luas. Tujuan paling khusus disebut keluaran (outputs), merupakan sesuatu yang diperoleh dari melakukan satu kegiatan. Tujuan menengah disebut hasil (outcomes), merupakan sesuatu yang diperoleh dari melaksanakan beberapa kegiatan yang saling berkaitan. Tujuan paling luas disebut dampak (impacts), merupakan sesuatu yang dicapai dari gabungan beberapa hasil, yang tercapai bukan hanya di lokasi pelaksanaan PHT, melainkan juga di luar lokasi pelaksanaan. Untuk menentukan keluaran, hasil, dan dampak yang diharapkan dapat dicapai melalui pelaksanaan PHT maka perlu disusun rencana yang terdiri atas sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan kinerja ekonomi, kinerja lingkungan hidup, dan kinerja sosial yang diharapkan dicapai setelah pelaksanaan PHT selama jangka waktu tertentu. Sebelum melanjutkan membaca, silahkan baca materi kuliah 5.1, materi kuliah 5.2, dan materi kuliah 5.3 mata kuliah Dasar-dasar Perlindungan Tanaman 

Untuk merencanakan program PHT, terlabih dahulu ditentukan PHT akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah apa. Karena kinerja PHT mencakup kinerja ekonomi, kinerja lingkungan hidup, dan kinerja sosial maka masalah perlu diidentifikasi dalam kaitan dengan ketiga kinerja tersebut. Misalnya setelah dilakukan identifikasi masalah bersama kelompok tani disebutkan oleh petani bahwa mereka masih mengalami ledakan populasi hama meskipun sudah melakukan pengendalian dengan insektisida kimiawi tetapi tidak efektif sehingga petani mengalami kerugian. Petani melakukan pengendalian dengan insektisida secara terjadwal dan tidak mengetahui apakah penggunaan insektisida menimbulkan pencemaran yang membahayakan kesehatan dan mencemari lingkungan. Dari penyampaian petani tersebut diidentifikasi masalah sebagai ranting masalah. Beberapa ranting masalah yang saling berkaitan digabungkan menjadi cabang masalah dan beberapa batang masalah yang saling berkaitan digabungkan menjadi batang masalah. Berdasarkan uraian singkat yang disampaikan oleh petani, silahkan susun hierarki masalah sebagai ranting masalah, cabang masalah, dan batang masalah. Setiap ranting masalah, cabang masalah, dan batang masalah perlu diuraikan secara rinci sehingga memudahkan untuk mengatasinya. Selanjutnya setelah ranting masalah, cabang masalah, dan batang masalah berhasil diidentifikasi dan diuraikan, silahkan susun kegiatan dengan keluaran tertentu untuk mengatasi setiap ranting masalah, gabungan beberapa kegiatan yang memberikan hasil tertentu untuk mengatasi batang masalah, dan gabungan beberapa kegiatan yang memberikan dampak tertentu untuk mengatasi pohon masalah. Setiap kegiatan dan keluarannya, hasil, dan dampak yang ingin dicapai setelah mengatasi masalah juga perlu diuraikan secara rinci, ditentukan indikator kinerjanya, cara melakukan verifikasi tercapainya kinerja, dan asumsi yang digunakan untuk menentukan bahwa pengukuran kinerja bisa dilakukan. Penyusunan hierarki masalah, hierarki tujuan, indikator, cara verifikasi indikator, dan asumsi tercapainya kinerja disusun dalam bentuk matriks yang disebut matriks kerangka kerja logis.

Gambar 5.3.5. Matriks Kerangka Kerja Logis Rencana Program PHT (klik untuk memperbesar)

Pengukuran indikator kinerja PHT sampai pelaksanaan kegiatan dan pengukuran indikator keluaran dilakukan melalui pelaksanaan pemantauan pelaksanaan PHT, sedangkan pengukuran indikator kinerja hasil dan dampak dilakukan melalui evaluasi pelaksanaan PHT. Pemantauan pelaksanaan PHT dilakukan bersama-sama oleh pihak dinas pemerintah terkait dan masyarakat petani yang terlibat, sedangkan evaluasi pelaksanaan PHT dilakukan oleh pihak independen dengan melibatkan dinas terkait dan masyarakat petani yang terlibat. Pemantauan pelaksanaan PHT dilakukan untuk menentukan apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan masalah yang dihadapi dan apakah keluaran yang diperoleh sesuai dengan indikator tyang ditargetkan. Evaluasi pelaksanaan PHT dilakukan untuk menentukan apakah hasil dan dampak yang direncanakan sudah sesuai dengan batang dan pohon masalah yang dihadapi dan apakah sudah mencapai indikator yang ditargetkan dengan memperhatikan asumsi yang sudah dijadikan dasar pengukuran kinerja. Mengingat kinerja PHT mencakup aspek ekonomi, lingkungan hidup, dan sosial maka pelaksanaan PHT harus dapat memberikan kinerja peningkatan ekonomi, pengurangan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, dan peningkatan kehidupan sosial masyarakat di lokasi dan di luar lokasi pelaksanaan PHT.


5.3.1.2. Mengunduh dan Membaca Pustaka
Untuk mendalami materi kuliah ini, silahkan mengunjungi situs atau mengunduh buku teks/artikel jurnal berikut ini dan kemudian membaca sampai mengerti:
Setiap mahasiswa wajib menyampaikan melalui Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas judul buku, judul bab buku, dan isi bab buku yang telah dibaca terkait dengan materi kuliah ini.

5.3.1.3. Mengerjakan Kuis
Setelah membaca materi kuliah ini serta mengklik tautan dan membaca pustaka yang diberikan pada materi kuliah, setiap mahasiswa wajib mengerjakan kuis secara mandiri untuk mengevaluasi diri dalam memahami kedua materi kuliah:
  1. Mengerjakan dan Memasukkan Lembar Jawaban Kuis selambat-lambatnya pada Kamis, 2 Mei 2024 pukul 24.00 WITA
  2. Memeriksa Daftar Lembar Jawaban untuk memastikan lembar jawaban kuis sudah masuk dan memeriksa nilai yang diperoleh.
Pada saat memeriksa daftar lembar jawaban, silahkan periksa sendiri berapa nilai yang Anda peroleh. Bila memperoleh nilai <60 berarti Anda belum memahami materi kuliah sehingga perlu membaca kembali kedua materi kuliah. Mahasiswa yang tidak mengerjakan quiz tidak akan memperoleh nilai untuk setiap quiz yang tidak dikerjakan.

5.3.2. TUGAS KULIAH

5.3.2.1. Mambagikan Materi Kuliah
Setelah membaca materi kuliah, silahkan bagikan materi kuliah melalui media sosial yang dimiliki disertai dengan mencantumkan status tertentu, misalnya "Saya sekarang sudah tahu bahwa ternyata pengetahuan terdiri atas beberapa macam ... dst." Untuk membagikan lauar klik tombol Beranda dan kemudian klik tombol pembagian memalui media sosial dengan mengklik tombol media sosial yang tertera di sebelah kanan judul materi kuliah. Jika media sosial yang dimiliki tidak tersedia dalam ikon yang ditampilkan, klik ikon paling kanan untuk membuka ikon media sosial lainnya. Materi kuliah dibagikan paling lambat pada Kamis, 2 Mei 2024 pukul 24.00 WITA dengan cara menjawab pertanyaan pada laporan melaksanakan kuliah.

5.3.2.2. Mendiskusikan Materi Kuliah
Setelah membaca materi kuliah, silahkan buat minimal satu pertanyaan dan atau komentar mengenai materi kuliah. Buat pertanyaan secara langsung tanpa perlu didahului dengan selamat pagi, selamat siang, dsb., sebab belum tentu akan dibaca pada jam sesuai dengan ucapan selamat yang diberikan. Ketik pertanyaan atau komentar secara singkat tetapi jelas, misalnya "Mohon menjelaskan apakah memperoleh pengetahuan dengan menggunakan pendekatan ilmiah mempunyai kelebihan dan kelemahan". Pertanyaan dan/atau komentar diharapkan ditanggapi oleh mahasiswa lainnya dan setiap mahasiswa wajib menanggapi minimal satu pertanyaan dan/atau komentar yang disampaikan oleh mahasiswa lainnya. Pertanyaan dan/atau komentar maupun tanggapannya disampaikan paling lambat pada Kamis, 2 Mei 2024 pukul 24.00 WITA dengan cara menjawab pertanyaan pada laporan melaksanakan kuliah.

5.3.2.3. Mengerjakan Projek Kuliah
Untuk menuntaskan mempelajari materi kuliah 5.1 ini, setiap mahasiswa wajib mengerjakan projek kuliah secara kelompok dengan melanjutkan tugas projek materi kuliah sebelumnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Diskusikan dengan petani jenis hama yang paling merusak pada tanaman utama sesuai dengan jenis tanaman yang ditugaskan kepada kelompok.
  2. Apakah petani pernah melakukan pengendalian dengan menggunakan pestisida terhadap jenis hama paling merusak pada tanaman utama yang dibudidayakannya? Jika pernah, apakah melakukan scouting hama dan musuh alaminya sebelum melakukan penyemprotan pestisida kimiawi? Jika tidak pernah melakukan penyemprotan pestisida kimiawi, apa alasannya?
  3. Apakah petani mengetahui apa itu scouting hama dan musuh alami? Jika mengetahui, dari pihak mana mengetahui dan apa yang diketahui petani mengenai scouting hama dan musuh alami? Jika tidak mengetahui, bagaimana petani memutuskan melakukan pengendalian hama?
  4. Minta ijin melakukan scouting sendiri untuk menemukan jenis hama paling merusak yang disebutkan petani dengan menggunakan pola pengambilan sampel sebagaimana pada tanaman jagung dan mengamati hanya satu tanaman pada setiap titik pengambilan sampel. Catat jumlah individu hama (larva atau dewasa) pada setiap sampel dan hitung nilai rata-rata dari 5 titik sampel dan jenis musuh alami hama yang bersangkutan yang ditemukan pada setiap tanaman sampel lalu hitung pada populasi rata-rata untuk setiap jenis musuh alami. Cari nilai Ambang Ekonomi hama yang bersangkutan dengan melakukan penelusuran di Internet. Jika memperoleh Ambang ekonomi, tentukan apakah sudah atau belum perlu melakukan penyemprotan pestisida kimiawi. Jika tidak menemukan Ambang Ekonomi untuk hama yang bersangkutan, diskusikan dalam kelompok apakah sudah atau belum perlu melakukan penyemprotan pestisida kimiawi.
  5. Berdasarkan pada hasil diskusi dengan petani, diskusikan dalam kelompok untuk menentukan hierarki masalah dan hierarki tujuan yang perlu ditentukan jika akan dilakukan penerapan PHT pada tanaman yang Anda amati. Salin gambar 5.3.5. sampai 4 kolom pertama dengan cara mengetikkan menggunakan program aplikasi tabel lajur Excel lalu isi hierarki masalah dan hierarki tujuan sesuai dengan hasil diskusi kelompok.
Jawab pertanyaan-pertanyaan Tugas Projek di atas pada saat memasukan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas paling lambat pada Kamis, 2 Mei 2024 pukul 24.00 WITA.

5.3.3. ADMINISTRASI PELAKSANAAN KULIAH

Untuk membuktikan telah melaksanakan perkuliahan daring materi kuliah ini, Anda wajib mengakses, menandatangani presensi, dan mengumpulkan tugas di situs SIADIKNONA. Sebagai cadangan, silahkan juga menandatangani daftar hadir dan memasukkan laporan melaksanakan kuliah dan mengerjakan tugas dengan mengklik tautan berikut ini: 
  1. Menandatangani Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah selambat-lambatnya pada Sabtu, 27 April 2024 pukul 24.00 WITA dan setelah menandatangani, silahkan periksa untuk memastikan daftar hadir sudah ditandatangani;
  2. Menyampaikan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas selambat-lambatnya pada Kamis, 2 Mei 2024 pukul 24.00 WITA dan setelah memasukkan, silahkan periksa untuk memastikan laporan sudah masuk.
Mahasiswa yang tidak mengisi dan menandatangani Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah dan tidak menyampaikan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas akan ditetapkan sebagai tidak mengikuti perkuliahan.

***********
Hak cipta blog pada: I Wayan Mudita
Diterbitkan pertama kali pada 25 April 2024, belum pernah diperbarui.

Creative Commons License
Hak cipta selurun tulisan pada blog ini dilindungi berdasarkan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License. Silahkan mengutip tulisan dengan merujuk sesuai dengan ketentuan perujukan akademik.

38 komentar:

  1. Mengapa perlu ada Pemantauan dalam PHT?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pemantauan dan identifikasi hama merupakan komponen selanjutnya dari program PHT karena penting untuk menyadari apakah organisme tersebut menimbulkan potensi risiko dan memutuskan pilihan pengelolaan terpadu atau penggunaan pestisida tertentu

      Hapus
    2. 1. Mengetahui Populasi Hama dan Musuh Alami:

      Pemantauan membantu untuk mengetahui populasi hama dan musuh alami di lapangan.
      Informasi ini penting untuk menentukan ambang pengendalian ekonomi (AE), yaitu tingkat populasi hama yang di atasnya diperlukan tindakan pengendalian.
      Pemantauan juga membantu untuk mengetahui jenis hama dan musuh alami yang ada, sehingga dapat dipilih metode pengendalian yang tepat.
      2. Mengidentifikasi Masalah Hama Sejak Dini:

      Pemantauan memungkinkan deteksi dini serangan hama, sehingga tindakan pengendalian dapat dilakukan lebih cepat dan lebih efektif.
      Hal ini dapat mencegah kerusakan tanaman yang lebih besar dan kerugian ekonomi yang lebih tinggi.
      3. Mengevaluasi Efektivitas Pengendalian Hama:

      Pemantauan membantu untuk mengevaluasi efektivitas metode pengendalian hama yang digunakan.
      Informasi ini penting untuk mengetahui apakah metode yang digunakan berhasil atau perlu diubah.
      4. Mendukung Pengambilan Keputusan yang Tepat:

      Data pemantauan hama dan musuh alami menjadi dasar untuk pengambilan keputusan yang tepat dalam PHT.
      Keputusan ini dapat berupa pemilihan metode pengendalian, waktu pelaksanaan pengendalian, dan dosis bahan pengendali hama yang digunakan.
      5. Meningkatkan Keberlanjutan PHT:

      Pemantauan membantu untuk memastikan bahwa PHT diterapkan secara berkelanjutan.
      Hal ini dengan menghindari penggunaan bahan kimia yang berlebihan dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

      Hapus
    3. Dengan melakukan pemantauan secara rutin dan tepat, petani dapat mengetahui keberadaan hama dan penyakit, mengambil keputusan yang tepat tentang pengendalian, meningkatkan efisiensi pengendalian, mencegah kerusakan tanaman, dan menjaga keseimbangan ekosistem.

      Hapus
  2. Apa saja tujuan utama evaluasi pelaksanaan PHT?

    BalasHapus
    Balasan

    1. Evaluasi perlaksanaan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) memiliki beberapa tujuan utama:

      1. Penilaian Efektivitas: Mengukur sejauh mana metode pengendalian hama terpadu berhasil dalam mengurangi populasi hama dan kerusakan yang disebabkannya terhadap tanaman.

      2. Evaluasi Efisiensi Menilai keefisienan penggunaan sumber daya, termasuk waktu, tenaga kerja, dan biaya, dalam implementasi pengendalian hama terpadu.

      3. Mengukur Dampak Lingkungan: Menyelidiki dampak metode PHT terhadap lingkungan sekitar, termasuk dampak pada biodiversitas, tanah, air, dan organisme non-target.

      4. Perbaikan dan Inovasi: Memberikan masukan untuk meningkatkan strategi PHT, termasuk identifikasi praktik terbaik dan inovasi teknologi yang dapat diterapkan.

      5. Pengambilan Keputusan: Memberikan informasi yang relevan kepada pengambil keputusan, baik dalam skala petani maupun kebijakan, untuk mengevaluasi efektivitas PHT dan mempertimbangkan langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan hasilnya.

      Evaluasi PHT dapat melibatkan pengumpulan data lapangan, analisis statistik, survei petani, pemantauan lapangan, dan tinjauan literatur ilmiah untuk menggambarkan kinerja dan dampak dari Pengendalian Hama Terpadu secara komprehensif.

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Perencanaan PHT yang matang dan komprehensif merupakan kunci untuk mencapai pengendalian hama yang efektif, efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Dengan perencanaan yang tepat, PHT dapat membantu meningkatkan kualitas hasil panen, menjaga kesehatan lingkungan, dan memastikan keamanan pangan bagi masyarakat.

    BalasHapus
  5. Bagaimana cara melakukan pemantauan agroekosistem yang efektif dan efisien dalam meningkatkan produktivitas tanaman dan keseimbangan ekosistem?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cara Melakukan Pemantauan Agroekosistem yang Efektif dan Efisien
      Pemantauan agroekosistem merupakan langkah penting untuk memastikan kesehatan tanaman dan keseimbangan ekosistem, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Berikut beberapa cara untuk melakukan pemantauan agroekosistem yang efektif dan efisien:
      1. Menentukan tujuan pemantauan
      2. Memilih metode pemantauan, seperti: observasi visual, pengambilan sampel, penggunaan teknologi
      3. Menentukan frekuensi pemantauan
      4. Menganalisis data
      5. Mengambil tindakan

      Hapus
  6. Pemantauan agroekosistem adalah kegiatan pengamatan dan pencatatan berbagai komponen dalam suatu agroekosistem secara berkala untuk mengetahui keadaan dan perkembangannya. Komponen-komponen tersebut dapat meliputi:

    Tanaman: Pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan tanaman, termasuk adanya hama, penyakit, dan gulma.
    Hama: Populasi, jenis, dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh hama.
    Penyakit: Gejala penyakit, tingkat keparahan, dan penyebaran penyakit.
    Gulma: Jenis, populasi, dan tingkat persaingannya dengan tanaman budidaya.
    Musuh alami hama: Jenis, populasi, dan peranannya dalam mengendalikan hama.
    Faktor abiotik: Kondisi cuaca, tanah, air, dan iklim.
    Scoring adalah kegiatan penilaian kuantitatif terhadap hasil pemantauan agroekosistem. Scoring dilakukan dengan memberikan nilai pada setiap komponen agroekosistem berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Nilai-nilai tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan skor total yang dapat digunakan untuk:

    Membuat diagnosis tentang keadaan agroekosistem.
    Memprediksi perkembangan hama, penyakit, dan gulma.
    Menentukan ambang ekonomi untuk pengendalian hama.
    Mengevaluasi efektivitas program PHT.

    BalasHapus
  7. Apa saja keuntungan dan tantangan dalam menerapkan PHT?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keuntungan Menerapkan PHT sebagai Berikut :
      1. Produksi tanaman yang lebih tinggi dan berkelanjutan :
      PHT membantu mengendalikan hama dan penyakit tanaman secara alami, sehingga tanaman dapat tumbuh lebih sehat dan menghasilkan panen yang lebih melimpah.
      2. Meningkatkan kualitas produk:

      Tanaman yang ditanam dengan PHT umumnya lebih sehat dan bebas dari residu pestisida kimia. Hal ini menghasilkan produk yang lebih berkualitas dan aman untuk dikonsumsi.

      3. Meningkatkan kesehatan lingkungan:

      Penggunaan pestisida kimia yang berlebihan dapat mencemari tanah, air, dan udara. PHT membantu mengurangi penggunaan pestisida kimia, sehingga membantu melindungi lingkungan.
      PHT juga membantu meningkatkan keanekaragaman hayati dengan mendorong pertumbuhan populasi serangga bermanfaat yang membantu mengendalikan hama secara alami.
      4. Meningkatkan pendapatan petani:

      PHT dapat membantu petani menghemat biaya produksi dengan mengurangi penggunaan pestisida kimia.

      5. Meningkatkan ketahanan pangan:

      PHT dapat membantu meningkatkan produksi tanaman dan mengurangi kehilangan panen akibat hama dan penyakit. Hal ini dapat membantu meningkatkan ketahanan pangan dan memastikan ketersediaan pangan yang cukup bagi masyarakat.


      Adapun Tantangan dalam Menerapkan PHT:
      1. Membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih tinggi:

      PHT membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam tentang ekologi tanaman, hama, dan penyakit. Petani perlu dilatih untuk dapat menerapkan PHT secara efektif.
      Kurangnya akses terhadap informasi dan pelatihan tentang PHT dapat menjadi hambatan bagi petani dalam menerapkan metode ini.

      2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melihat hasilnya :

      PHT membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman dibandingkan dengan pestisida kimia.
      Hal ini dapat menjadi tantangan bagi petani yang membutuhkan hasil panen yang cepat.
      3. Biaya awal yang lebih tinggi

      Penerapan PHT pada awalnya mungkin memerlukan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pestisida kimia.
      Hal ini karena petani perlu membeli peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk menerapkan PHT.

      4. Kurangnya dukungan dari pemerintah:

      Di beberapa daerah, masih kurangnya dukungan dari pemerintah dalam bentuk kebijakan dan program yang mendorong penerapan PHT.
      Hal ini dapat membuat petani enggan untuk menerapkan PHT karena merasa tidak mendapatkan dukungan yang memadai.

      5. Kesulitan dalam mendapatkan bahan-bahan:

      Bahan-bahan yang diperlukan untuk menerapkan PHT, seperti agen hayati dan pestisida nabati, mungkin sulit didapatkan di beberapa daerah.
      Hal ini dapat menjadi hambatan bagi petani dalam menerapkan PHT secara konsisten.

      Hapus
  8. Mengapa pemantauan agroekosistem secara menyeluruh dilakukan hanya beberapa kali, sedangkan p-emantauan dan scouting hama dan musuh alaminya perlu dilakukan berkali-kali dengan jadwal yang disepakati melalui rapat kelompok tani?

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1. Pemantauan agroekosistem secara menyeluruh dilakukan hanya beberapa kali karena fokus utamanya adalah untuk memahami kondisi umum lingkungan pertanian secara keseluruhan. Ini melibatkan penilaian faktor-faktor seperti iklim, tanah, air, dan vegetasi alami yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan kesejahteraan ekosistem secara keseluruhan.

      2. Pemantauan dan scouting hama dan musuh alaminya perlu dilakukan berkali-kali dengan jadwal yang disepakati melalui rapat kelompok tani karena hama dan penyakit tanaman dapat muncul secara tiba-tiba dan merusak tanaman dalam waktu singkat. Dengan melakukan pemantauan secara berkala, petani dapat mengidentifikasi gejala pertama munculnya hama atau penyakit serta mengambil tindakan pencegahan sebelum kerusakan menjadi parah. Selain itu, pemantauan berkala juga membantu petani dalam menentukan waktu yang tepat untuk melakukan pengendalian hama atau penyakit tanaman.

      Hapus
  9. komponen-komponen apa saja yang perlu di pantau dalam agroekosistem? dan bagaimana cara memantau komponen-komponen tersebut?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalam pemantauan agroekosistem, terdapat beberapa komponen yang penting untuk dipantau. Berikut adalah beberapa komponen yang perlu dipertimbangkan beserta cara memantau mereka:

      Kualitas Tanah:

      Cara memantau: Melakukan analisis tanah secara periodik untuk mengukur pH, kandungan unsur hara, tingkat keasaman, dan struktur tanah. Pengukuran fisik seperti tekstur tanah dan drainase juga penting.
      Keseimbangan Nutrisi:

      Cara memantau: Mengambil contoh tanaman secara berkala untuk analisis nutrisi tanaman. Tes daun dan tes tanah adalah metode umum untuk memantau keseimbangan nutrisi.
      Kesehatan Tanaman:

      Cara memantau: Melakukan pemantauan visual secara rutin untuk mengidentifikasi tanda-tanda penyakit, serangan hama, atau stres tanaman. Penggunaan jaringan teknologi seperti sensor tanaman atau kamera multispektral juga bisa membantu dalam memantau kesehatan tanaman.
      Keanekaragaman Hayati:

      Cara memantau: Menggunakan metode seperti pemantauan satwa liar, perangkap serangga, atau teknik DNA barcoding untuk mengukur keanekaragaman hayati. Survei lapangan dan analisis data dari spesies yang diidentifikasi juga penting.
      Air dan Kualitas Air:

      Cara memantau: Mengukur kualitas air secara rutin, termasuk pH, kekeruhan, kandungan bahan kimia, dan tingkat pencemaran. Pemantauan aliran air dan tingkat irigasi juga diperlukan.
      Efisiensi Penggunaan Energi:

      Cara memantau: Menggunakan alat pengukuran energi untuk memantau konsumsi energi dan efisiensi penggunaan energi dalam operasi pertanian.
      Penggunaan Pestisida dan Pupuk:

      Cara memantau: Mencatat penggunaan pestisida dan pupuk secara rinci, termasuk jenis, jumlah, dan frekuensi penggunaan. Melakukan analisis residu untuk memastikan tidak ada residu yang berlebihan dalam hasil panen.
      Produktivitas Tanaman:

      Cara memantau: Mengukur hasil panen dan kualitas hasil secara teratur. Pemantauan pertumbuhan tanaman dan perkembangan buah atau biji juga penting.
      Dalam pemantauan komponen-komponen ini, penting untuk menggunakan kombinasi metode pengukuran lapangan, analisis laboratorium, dan teknologi digital untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang agroekosistem dan memastikan keseimbangan yang optimal antara produksi pertanian dan konservasi lingkungan.

      Hapus
  10. Bagaimana perubahan dalam keanekaragaman hayati di agroekosistem tersebut sejak diterapkannya praktik Pengendalian Hama Terpadu (PHT)?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) meningkatkan keanekaragaman hayati di agroekosistem. Praktik rotasi tanaman dan polikultur menambah variasi flora, sementara pengurangan penggunaan pestisida kimia mendukung populasi musuh alami hama seperti predator dan parasitoid. Hal ini juga mengurangi risiko resistensi hama terhadap pestisida. Penggunaan tanaman penutup dan kompos memperbaiki kesehatan tanah, mendukung mikroorganisme, dan fauna tanah. Pengelolaan habitat menciptakan lingkungan seimbang, menyediakan lebih banyak habitat untuk satwa liar seperti burung dan serangga. PHT secara keseluruhan menciptakan ekosistem pertanian yang lebih sehat dan berkelanjutan.

      Hapus
  11. Apa tantangan utama yang dihadapi dalam penerapan PHT di agroekosistem ini?

    BalasHapus
    Balasan

    1. Tantangan Utama Penerapan PHT di Agroekosistem
      Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di berbagai agroekosistem menghadapi beberapa tantangan utama, di antaranya:

      1. Kurangnya Pemahaman dan Kesadaran Petani:

      Banyak petani belum memahami konsep dan prinsip PHT secara menyeluruh.
      Petani terbiasa dengan penggunaan pestisida kimia yang instan dan mudah didapat.
      Stigma bahwa PHT kurang efektif dan memakan waktu dibandingkan pestisida kimia masih kuat.
      2. Akses Terbatas Terhadap Informasi dan Teknologi PHT:

      Petani oftenkali kesulitan mengakses informasi dan pelatihan tentang PHT yang tepat dan sesuai dengan kondisi lokal.
      Kurangnya infrastruktur dan teknologi pendukung PHT, seperti biopestisida, perangkap hama, dan alat monitoring OPT.
      Biaya penerapan PHT awal yang bisa jadi lebih tinggi dibandingkan penggunaan pestisida kimia.
      3. Faktor Ekologis dan Keanekaragaman Hayati:

      Dinamika populasi hama, penyakit, dan musuh alami yang kompleks di setiap agroekosistem.
      Kesulitan dalam mengidentifikasi dan memantau OPT secara akurat.
      Gangguan keseimbangan ekologis akibat penggunaan pestisida kimia yang berlebihan.
      4. Dukungan Kelembagaan dan Kebijakan yang Lemah:

      Kurangnya koordinasi dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam PHT.
      Kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada pengembangan dan penerapan PHT yang berkelanjutan.
      Lemahnya penegakan hukum terkait penggunaan pestisida kimia yang berbahaya.
      5. Tantangan Ekonomi dan Sosial:

      Ketidakpastian harga hasil panen dan fluktuasi pasar.
      Akses permodalan yang terbatas bagi petani untuk menerapkan PHT.
      Ketergantungan pada pemasok benih dan pestisida kimia tertentu.
      Pergeseran budaya dan tradisi pertanian yang condong ke penggunaan kimia.

      Hapus
  12. Bagaimana PHT dapat membantu petani dalam mengurangi penggunaan pestisida kimia?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mengurangi biaya produksi: Mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia yang mahal.
      Meningkatkan kualitas hasil panen: Mengurangi residu pestisida pada hasil panen, sehingga lebih aman dikonsumsi.
      Melestarikan lingkungan: Meminimalkan dampak negatif pestisida kimia terhadap ekosistem dan kesehatan manusia.
      Meningkatkan ketahanan pangan: Mendukung produksi pertanian yang berkelanjutan dan tahan lama.

      Hapus
  13. Jelaskan PHT sebagai sistem, program dan pendekatan

    BalasHapus
    Balasan
    1. PHT sebagai Sistem

      Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah suatu sistem pengelolaan hama dan penyakit tanaman yang berkelanjutan, ekologis, dan ekonomis. Sistem PHT berfokus pada pencegahan daripada pemberantasan hama dan penyakit, dan memanfaatkan berbagai metode pengendalian secara terpadu untuk mencapai keseimbangan populasi hama dan penyakit dengan meminimalkan penggunaan pestisida.

      PHT sebagai Program

      Program PHT adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi lainnya untuk mempromosikan dan menerapkan sistem PHT di kalangan petani.

      PHT sebagai Pendekatan

      PHT sebagai pendekatan adalah cara pandang dalam mengelola hama dan penyakit tanaman yang berfokus pada pencegahan, keseimbangan ekologis, dan keberlanjutan. Pendekatan PHT menekankan pada pemahaman ekosistem dan interaksi antar organisme untuk mengembangkan solusi pengendalian hama yang efektif dan ramah lingkungan.

      PHT adalah sistem, program, dan pendekatan yang berkelanjutan, ekologis, dan ekonomis untuk mengelola hama dan penyakit tanaman. PHT berfokus pada pencegahan daripada pemberantasan hama dan penyakit, dan memanfaatkan berbagai metode pengendalian secara terpadu


      Hapus
  14. Mengapa harus melakukan evaluasi dalam pelaksanaan PHT?

    BalasHapus
  15. Apa saja tantangan Yang dihadapi dalam melakukan Pemantauan Agroekosistem dalam PHT?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tantangan dalam Melakukan Pemantauan Agroekosistem dalam PHT (Pengendalian Hama Terpadu)

      Pemantauan agroekosistem merupakan komponen penting dalam PHT (Pengendalian Hama Terpadu) untuk pengambilan keputusan yang tepat dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Namun, dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi, antara lain:
      1. Luas dan Keragaman Agroekosistem
      2. Dinamika Populasi Hama dan Musuh Alami
      3. Ketersediaan Tenaga Ahli dan Alat Pemantauan
      5. Integrasi Data Pemantauan
      6. Pendanaan

      Hapus
  16. apakah evaluasi dalam PHT selalu memberikan hasil yang diharapkan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak, evaluasi dalam Pengendalian Hama Terpadu (PHT) tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan. Ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi ketika melakukan evaluasi pelaksanaan PHT:

      1. Hasil evaluasi sesuai harapan
      Jika hasil evaluasi menunjukkan bahwa pelaksanaan PHT berjalan efektif, populasi hama terkendali, musuh alami hama terjaga, dan produktivitas tanaman tercapai, maka hasil evaluasi tersebut sesuai dengan yang diharapkan.

      2. Hasil evaluasi tidak sesuai harapan
      Terkadang hasil evaluasi menunjukkan bahwa pelaksanaan PHT belum optimal atau bahkan tidak efektif. Misalnya, populasi hama masih tinggi, musuh alami hama berkurang, atau produktivitas tanaman menurun. Dalam kasus ini, hasil evaluasi tidak sesuai dengan yang diharapkan.

      3. Perlu penyesuaian atau tindakan lanjutan
      Jika hasil evaluasi mengindikasikan adanya permasalahan atau kendala dalam pelaksanaan PHT, maka evaluasi tersebut akan memberikan rekomendasi untuk melakukan penyesuaian atau tindakan lanjutan. Misalnya, mengubah metode pengendalian, meningkatkan pemantauan, atau memperbaiki praktik budidaya.

      Evaluasi yang tidak memberikan hasil sesuai harapan bukan berarti gagal total, melainkan menjadi umpan balik yang berharga untuk memperbaiki dan mengoptimalkan pelaksanaan PHT di masa mendatang. Evaluasi yang baik justru akan mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki sehingga PHT dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan berkelanjutan.

      Hapus
  17. Mengapa pemantauan agroekosistem penting dalam pelaksanaan Pengendalian Hama Terpadu (PHT)?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pemantauan agroekosistem penting dalam pelaksanaan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) karena agroekosistem pertanian sangat peka terhadap berbagai perubahan baik yang terjadi di dalam maupun yang terjadi di luar ekosistem. Dengan mempelajari struktur ekosistem seperti komposisi jenis-jenis tanaman, hama, musuh alami, dan kelompok biotik lainnya, serta interaksi dinamis antar komponen biotik, dapat ditetapkan strategi pengelolaan yang mampu mempertahakan populasi hama pada suatu aras yang tidak merugikan. Pemantauan agroekosistem membantu dalam pengendalian hama dengan cara mengetahui dan memahami dinamika populasi hama, serta memantau efek dari berbagai strategi pengendalian yang digunakan. Dengan demikian, petani dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan mengurangi penggunaan pestisida kimia yang berlebihan, serta mempertahankan keseimbangan lingkungan pertanian yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan.

      Hapus
  18. apa saja Pemantauan agroekosistem dalam PHT

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pemantauan hama:

      Inspeksi visual tanaman untuk mencari tanda-tanda kerusakan yang disebabkan oleh hama.
      Pengambilan sampel hama untuk dihitung populasinya.
      Pemasangan perangkap untuk memantau aktivitas hama.
      2. Pemantauan penyakit:

      Inspeksi visual tanaman untuk mencari gejala penyakit.
      Pengambilan sampel tanaman yang sakit untuk diidentifikasi penyebab penyakitnya.
      Pengukuran parameter lingkungan yang dapat memengaruhi perkembangan penyakit.
      3. Pemantauan gulma:

      Penghitungan populasi gulma di lapangan.
      Identifikasi jenis gulma yang ada.
      Penilaian tingkat kerusakan yang disebabkan oleh gulma.
      4. Pemantauan musuh alami:

      Pencarian dan identifikasi musuh alami hama di lapangan.
      Penghitungan populasi musuh alami.
      Penilaian efektivitas musuh alami dalam mengendalikan hama.
      5. Pemantauan tanaman budidaya:

      Penilaian pertumbuhan tanaman budidaya.
      Identifikasi hama, penyakit, dan gulma yang menyerang tanaman budidaya.
      Penilaian tingkat kerusakan yang disebabkan oleh hama, penyakit, dan gulma.
      6. Pemantauan faktor lingkungan:

      Pengukuran parameter lingkungan seperti suhu, kelembapan udara, curah hujan, dan intensitas cahaya matahari.
      Analisis data lingkungan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hama, penyakit, gulma, dan tanaman budidaya.

      Hapus
  19. Apa manfaat melakukan pemantauan agroekosistem dalam PHT?

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1. Deteksi Dini Hama dan Penyakit:
      Pemantauan memungkinkan deteksi dini terhadap keberadaan hama dan penyakit tanaman. Dengan demikian, langkah-langkah pengendalian dapat diambil sebelum populasi hama atau penyakit meningkat dan menyebabkan kerusakan yang signifikan.

      2. Penggunaan Pestisida yang Efisien:
      Dengan memantau agro-ekosistem secara teratur, petani dapat menentukan kapan dan di mana pestisida benar-benar diperlukan. Hal ini mengurangi penggunaan pestisida yang berlebihan dan mengurangi biaya serta dampak negatif terhadap lingkungan.

      Hapus
  20. Meningkatkan Kesadaran Petani : Pemantauan agroekosistem membantu petani untuk memahami hubungan antara keadaan agro-ekosistem dan populasi hama. Dengan demikian, petani dapat lebih sadar akan pentingnya menjaga keseimbangan agro-ekosistem untuk mengurangi serangan hama.
    Meningkatkan Kesadaran Terhadap Dampak Lingkungan : Pemantauan agroekosistem membantu petani untuk memahami bagaimana keadaan agroekosistem mereka dapat mempengaruhi lingkungan. Hal ini memungkinkan petani untuk mengambil tindakan yang lebih berkelanjutan dan berdampak positif pada lingkungan.
    Meningkatkan Kesadaran Terhadap Pentingnya Musuh Alam : Pemantauan agroekosistem membantu petani untuk memahami pentingnya musuh alami dalam mengendalikan populasi hama. Dengan demikian, petani dapat lebih sadar akan pentingnya menjaga keseimbangan agro-ekosistem untuk mengurangi serangan hama.
    Meningkatkan Kesadaran Terhadap Pentingnya Penggunaan Teknologi : Pemantauan agroekosistem membantu petani untuk memahami bagaimana teknologi dapat digunakan untuk mengendalikan populasi hama. Dengan demikian, petani dapat lebih sadar akan pentingnya penggunaan teknologi yang berkelanjutan dan berdampak positif pada lingkungan.
    Dalam sintesisnya, pemantauan agroekosistem memiliki manfaat yang signifikan dalam PHT, termasuk kualitas pengelolaan, kesadaran petani, kesadaran meningkatkan terhadap dampak lingkungan, kesadaran terhadap pentingnya musuh alami, dan kesadaran terhadap pentingnya penggunaan teknologi yang berkelanjutan dan berdampak positif pada lingkungan.

    BalasHapus
  21. Apa yang menjadi tujuan utama pemantauan agroekosistem

    BalasHapus