Selamat Datang

Selamat datang di blog baru matakuliah Pengendalian Hama Terpadu, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana. Tulisan pada blog terdiri atas ringkasan materi kuliah yang diajarkan dalam matakuliah ini. Silahkan kunjungi blog secara rutin dan jelajahi bagian-bagiannya untuk memperoleh berbagai informasi yang diperlukan dalam mempelajari mata kuliah Pengendalian Hama Terpadu.

Minggu, 07 April 2024

5.1. Pelaksanaan PHT (1): Mengenal, Memilih, dan Memadukan Cara Pengendalian Hama dalam Pelaksanaan PHT

Pada materi kuliah sebelumnya kita sudah membahas pengambilan keputusan dalam PHT. Dari segi pengambilan keputusan, PHT berkembang dari pengambilan keputusan berbasis AE, pengambilan keputusan berdasarkan analisis sistem agroekosistem, dan pengambilan keputusan berbasis sistem pakar. Perkembangan tersebut berlangsung secara beriringan dengan perkembangan konsep PHT dari pengendalian hama terpadu menjasi pengelolaan hama terpadu. Sebelum membahas perkembangan PHT dari segi pengorganisasian, kita terlebih dahulu membahas PHT dari segi pemaduan cara pengendalian, dimulai dari mengenali cara pengendalian, memilih cara pengendalian, dan memasukan cara pengendalian. Sebagaimana sudah dibahas pada kedua materi kuliah sebelumnya, PHT pada dasarnya merupakan pengendalian hama dengan menjadikan pengendalian secara kimiawi menggunakan pestisida sebagai pilihan terakhir.


5.1.1. MATERI KULIAH

5.1.1.1. Membaca Materi Kuliah
Pasal 48 Ayat (1) UU No. 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan (mencabut UU No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, diubah dengan PERPU No. 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja dan kemudian UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja) menyatakan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan menggunakan sistem pengendalian hama terpadu. Namun Pasal 48 Ayat (1) tersebut tidak menyertakan penjelasan. Penjelasan mengenai sistem pengendalian hama terpadu diberikan dalam penjelasan Pasal 20 Ayat (1) UU No. 12 Tahun 1992 sebagai berikut:
Sistem pengendalian hama terpadu adalah upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan organisme pengganggu tumbuhan dengan menggunakan satu atau lebih dari berbagai teknik pengendalian yang dikembangkan dalam suatu kesatuan, untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup. Dalam sistem ini penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir.
Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan bersifat dinamis.
Dalam berbagai pustaka mengenai PHT sebagaimana misalnya diulas oleh Bajwa & Kogan (2002), PHT dipandang sebagai: (1) program (program) pengendalian hama, (2) sistem (system) pengendalian hama, (3) pendekatan (approach) pengendalian hama, (4) strategi (strategy) pengendalian hama, atau (5) sistem dukungan pengambilan keputusan (decision support system) pengendalian hama. Sebagai contoh:
  • Program: A program of arthropod-population management designed to keep pest populations below economic tolerance levels by maximizing environmental resistance and supplementing this by use of selective pesticide applications if economic tolerance levels are threatened (Subcommittee on Insect Pests, National Academy of Sciences, 1974)
  • Sistem: A pest population management system that utilizes all suitable techniques in a compatible manner to reduce pest populations and maintain them at levels below those causing economic injury (Smith & Reynolds 1966)
  • Pendekatan: A comprehensive approach to pest control that uses combined means to reduce the status of pests to tolerable levels while maintaining a quality environment (Pedigo. 1989) dan An approach to making pest control decisions with increased information and the use of multiple tactics to manage pest populations in an economically efficient and ecologically sound manner (Norton & Mullen, 1994)
  • Strategi: An ecologically based pest control strategy that relies heavily on natural mortality factors such as natural enemies and weather and seeks out control tactics that disrupt these factors as little as possible. IPM uses pesticides, but only after systematic monitoring of pest populations and natural control factors indicates a need. Ideally, an integrated pest management program considers all available pest control actions, including no action, and evaluates the potential interaction among various control tactics, cultural practices, weather, other pests, and the crop to be protected (Flint & Van den Bosch, 1981).
  • Pengambilan keputusan: A decision support system for the selection and use of pest control tactics, singly or harmoniously coordinated into a management strategy, based on cost/benefit analyses that take into account the interests of and impacts on producers, society, and the environment (Kogan, 1998) dan . . . a long-standing, science-based, decision-making process that identifies and reduces risks from pests and pest management related strategies. It coordinates the use of pest biology, environmental information, and available technology to prevent unacceptable levels of pest damage by the most economical means, while posing the least possible risk to people, property, resources, and the environment. IPM provides an effective strategy for managing pests in all arenas from developed residential and public areas to wild lands. IPM serves as an umbrella to provide an effective, all encompassing, low-risk approach to protect resources and people from pests (Gray et al. 2009)
Selain berbeda dalam hal program, sistem, pendekatan, strategi, atau pengambilan keputusan, PHT juga didefinisikan dalam kaitan dengan cara (means), teknik (techniques), dan taktik (tactics). Sebagaimana telah dikutip di atas, UU No. 22 Tahun 2019 mendefinisikan PHT dalam kaitan dengan teknik. Setelah diubah sampai dua kali, sampai pada saat ini belum tersedia peraturan pemerintah yang mengatur lebih lanjut mengenai perlindungan tanaman. Dalam PP No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, yang masih berlaku mengingat belum tersidia PP yang baru, tidak ditemukan pasal-pasal yang mengatur mengenai teknik pengendalian.

Pasal 49, yang merupakan lanjutan dari Pasal 48 UU No. 22 Tahun 2019, menyatakan:
Pelindungan Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 dilaksanakan melalui kegiatan:
a. pencegahan masuknya Organisme Penggangggu Tumbuhan dan penyakit hewan dari luar negeri ke dalam wilayah negara Republik Indonesia serta tersebarnya dari suatu area ke area lain di dalam wilayah negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan dan penyakit hewan; dan
c. penanganan dampak perubahan iklim.
Mengingat penjelasan Pasal 48 Ayat (1) mendefinisikan PHT sebagai sistem pengendalian maka di antara ketiga kegiatan yang diatur dalam Pasal 49, PHT merupakan bagian dari pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan dan penyakit hewan. Namun UU No. 22 Tahun 2019 tidak mengatur apa yang dimaksud dengan teknik pengendalian. Berkaitan dengan kegiatan pengendalian OPT, Pasal 10 Ayat (2) PP No. 6 Tahun 1995 mengatur:
Tindakan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilaksanakan dengan:
a. cara fisik, melalui pemanfaatan unsur fisika tertentu;
b. cara mekanik, melalui penggunaan alat dan atau kemampuan fisik manusia;
c. cara budidaya, melalui pengaturan kegiatan bercocok tanam;
d. cara biologi, melalui pemanfaatan musuh alami organisme pengganggu tumbuhan;
e. cara genetik, melalui manipulasi gen baik terhadap organisme pengganggu tumbuhan maupun terhadap tanaman;
f. cara kimiawi, melalui pemanfaatan pestisida; dan atau
g. cara lain sesuai perkembangan teknologi.

Berdasarkan pada ketentuan Pasal 10 Ayat (2) PP No. 6 Tahun 1995 tersebut, teknik yang dimaksudkan dalam penjelasan mengenai PHT sebagai sistem perlindungan tanaman dimaknai sebagai tindakan pengendalian OPT yang terdiri atas cara sebagai berikut:
  1. Cara fisik (physical pest control), merupakan cara pengendalian OPT melalui pemanfaatan unsur fisika tertentu untuk mengubah faktor lingkungan fisik sedemikian rupa sehingga dapat menghambat perkembangbiakan atau menimbulkan kematian hama. Pengendalian secara fisik dapat dilakukan dengan teknik pemanasan untuk hama gudang, pembakaran untuk membunuh hama yang masih ada di lapangan, pembasahan dengan penggenangan liang persembunyian tikus, pengasapan, penggunaan cahaya untuk memerangkap, penggunaan gelombang elektromagnetik, pendinginan dalam ruang penyimpanan, dsb.
  2. Cara mekanik (mechanical pest control), merupakan cara pengendalian OPT dengan menggunakan kekuatan mekanik (tangan dan peralan). Pengendalian secara mekanik dapat dilakukan dengan teknik pemencetan dengan tangan, pencabutan tanaman yang terserang nematoda, pemangkasan pohon yang terserang, gropyokan, pemerangkapan dengan alat yang diberi zat kimia (atractan), penghalauan dengan memasang orang-orangan dari kertas warna-warni atau dengan bunyi-bunyian, penghalang/barier yang mampu menahan atau memperlambat gerakan hama (pematang yang ditinggikan, lubang/selokan jebakan yang diisi air, pagar, dll), dsb.
  3. Cara budidaya (cultural pest control), melalui pengaturan kegiatan bercocok tanam untuk: (1) mengurangi kesesuaian agroekosistem terhadap hama, dengan menggunakan teknik: (a) sanitasi, (b) penghancuran inang dan inang pengganti, (c) pengolaham tanah, dan (d) pengelolaan air, (2) membuat gangguan terhadap keberlanjutan penyediaan keperluan hidup hama, dengan menggunakan teknik: (a) pergiliran tanaman, (b) pemberaan lahan, (c) penanaman serentak, (d) pengaturan jarak tanam, (e) pemilihan lokasi tanam, (f) pemutusan sinkronisasi hama-tanaman, dan (g) penghalangan peletakan telur, (3) mengalihkan hama menjauhi tanaman, dengan menggunakan teknik: (a) penanaman tanaman perangkap, (b) penanaman tanaman pengusir, dan (c) pemanenan bertahap, dan (4) mengurangi dampak kerusakan hama, dengan menggunakan teknik: (a) pengubahan toleransi inang dan (b) pengubahan jadwal panen. Pengendalian secara budidaya dimaksudkan untuk mencegah populasi OPT dari meningkat, bukan untuk menurunkan padat populasi OPT yang sudah tinggi. Pengembangan cara pengendalian OPT dengan menggunakan cara budidaya dilakukan melalui rekayasa ekologis (ecological engineering) yang diterapkan melalui berbagai sistem pertanaman berbasis ekologi, antara lain agroekologi (agroecology), pertanian ekologis (ecoagriculture), pertanian konservasi (conservation agriculture), dan agroforestri (agroforestry).
  4. Cara biologis (hayati) (biological pest control, silahkan kunjungi Biological Control: A guide to natural enemies in North America), melalui pemanfaatan musuh alami OPT yang secara sengaja dibiakkan dan kemudian dilepaskan untuk mengendalikan populasi hama. Musuh alami terdiri atas golongan predator (predators), parasitoid (parasitoids), patogen (pathogenskhususnya entomopathogens), antagonis (antagonists), atau pemakan gulma (weed feeders). Pengendalian dengan metode hayati dapat dilakukan dengan teknik: (1) pengendalian hayati klasik (classical biological control), (2) pengendalian hayati augmentatif (augmentative biological control), atau pengendalian hayati inundatif (inindative biological control). Pengendalian hayati klasik dilakukan dengan melepaskan musuh alami dalam jumlah terbatas yang diharapkan dapat berkembangbiak sendiri di alam untuk menekan perkembangbiakan OPT sehingga mencegah OPT menjadi eksplosif. Pengendalian hayati augmentatif dilakukan melalui pelepasan agen hayati secara massal untuk meningkatkan populasi musuh alami sejenis yang sudah ada sebelumnya. Pengendalian hayati inundatif dilakukan melalui pelepasan musuh alami baru secara masal untuk menurunkan populasi OPT. Musuh alami yang dilepaskan sebelumnya secara sengaja dipelihara dan kemudian dilepaskan untuk mengendalikan hama disebut agen pengendali hayati (biological control agents). Untuk pelepasan augmentatif atau inundatif, agen pengendali hayati golongan patogen atau antagonis biasanya terlebih dahulu diformulasikan sebagai pestiisida mikrobial (microbial pesticides). Pestisida mikrobial merupakan salah satu golongan biopestisida (biopesticides) yang juga mencakup pestisida nabati (plant-derived chemical pesticides), protektan yang dimasukkan ke dalam tanaman (plant-incorporated protectants, PIP), dan pestisida pengganggu RNA (RNA interference pesticides atau RNAi pesticides). Selain sebagai agen pengendali hayati, musuh alami yang terdapat di alam juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan pengendalian secara alami melalui teknik pengelolaan habitat (habitat management). Jika pengelolaan habitat dilakukan untuk mengkonservasi agen hayati maka teknik pengendalian hayati tersebut disebut pengendalian hayati manipulatif (manipulative biological control).
  5. Cara genetik (genetic-bassed pest control), melalui modifikasi genetik, baik terhadap OPT maupun terhadap tanaman. Modifikasi genetik terhadap OPT dilakukan dengan berbagai teknik, a.l. teknik serangga steril (sterile insect technique, SIT), pelepasan serangga pembawa gen dominan letal (release of insects carrying dominant lethals, RIDL), teknik serangga tidak saling sesuai (incompatible insect technique), teknik maternal effect dominant embryonic arrest (MADEA), teknik X-Shredder, dsb. sebagaimana diuraikan oleh British Ecological Society, untuk menghasilkan serangga termodifikasi genetik (genetically modified insects) yang dapat digunakan untuk membatasi perkembangbiakan, menekan pertumbuhan populasi (population supression) atau menggantikan populasi (population replacement) sebagaimana diuraikan dalam artikel jurnal Genetically Modified Insects: Science, Use, Status and Regulation. Modifikasi genetik terhadap tanaman dilakukan dengan menggunakan teknik persilangan tradisional (traditional crossbreeding), mutagenesis, poliploidi (polyploidy), fusi protoplas (protoplast fusion), transgenesis, dan penyuntingan genom (genome editing) yang terus berkembang dan menimbulkan pro dan kontra. Hasil manipulasi genetik terhadap OPT dan terhadap tanaman kemudian diterapkan baik secara sendiri-sendiri maupun secara gabungan. Pengembangan cara pengendalian OPT dengan menggunakan cara genetik dilakukan melalui rekayasa genetika (genetic engineering) dengan menggunakan teknik-teknik pembuatan klon molekuler (molecular cloning atau recombinant DNA), penambahan gen asing (gene delivery), dan penyuntingan genom (genome editing).
  6. Cara kimiawi (chemical pest control), melalui pemanfaatan bahan-bahan kimia sebagai bahan aktif pestisida konvensional (conventional pesticides), minyak esensial (essential oils), dan sebagai senyawa alokemikal (allochemicals). Bahan kimia sebagai bahan aktif (active ingredients) diformulasikan (pesticide formulations) dalam berbagai bentuk untuk memerangkap, mengusir, atau membunuh OPT (kode formulasi internasional: Catalogue of pesticide formulation types and international coding system). Pengendalian dengan metode kimiawi dapat dilakukan dengan teknik penyemprotan (spraying dan dusting), pencampuran (mixing), penaburan (sowing), pengumpanan (baiting), penyuntikan (injection), fumigasi (fumigation), dsb. Teknik penyemprotan terdiri atas penyemprotan basah (spraying) menggunakan sprayer dan penyemprotan kering (dusting) menggunakan duster yang masing-masing dimodifikasi dengan berbagai cara. Bahan kimia yang dimanfaatkan untuk melakukan pengendalian secara kimiawi secara umum disebut pestidida kimiawi, dapat terdiri atas bahan kimia yang diekstrak langsung dari tumbuhan di alam (pestisida botanik, botanical pesticides), diekstrak dari tumbuhan melalui proses fabrikasi, atau disintesis dari bahan kimia lain (pestidida sintetik, synthetic pesticides). Berdasarkan atas kategori OPT sasaran, pestisida dibedakan menjadi insektisida untuk mengendalikan serangga hama, akarisida untuk mengendalikan tungau hama, molusisida untuk mengendalikan keong hama, nematisida untuk mengendalikan nematida hama, fungisida untuk mengendalikan jamur patogenik, bakterisida untuk mengendalikan bakteri patogenik, dan herbisida untuk mengendalikan gulma. Istilah pestisida berasal dari kata pest yang berarti OPT dan caedo yang berarti membunuh sehingga pestisida bukan obat, sebagaimana istilah yang digunakan dalam bahasa sehari-hari. Oleh karena pestisida kimiawi merupakan racun maka Pasal 19 PP No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman menetapkan bahwa penggunaan pestisida dalam rangka pengendalian OPT merupakan alternatif terakhir, dan dampak negatif yang timbul harus ditekan seminimal mungkin. Sebagai alternatif, pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa alokemikal (allochemicals) yang terdiri atas senyawa semiokemikal (semiochemicals) untuk mengendalikan perilaku, kemosterilan (chemosterilants) untuk mengendalikan perbiakan, dan senyawa pengatur tumbuh serangga (insect growth regulator, IGR) untuk mengendalikan pertumbuhan serangga. 
  7. Cara lain sesuai perkembangan teknologi, yang tidak dijelaskan lebih lanjut dalam PP No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman.
Cara pengendalian OPT sebagaimana diuraikan di atas juga diebut metode pengendalian OPT (pest control methods) atau taktik pengendalian OPT (pest control tactics). Berkaitan dengan cara pengendalian OPT ini, perlu diperhatikan bahwa pestisida dapat berarti pestisida kimiawi dan pestisida hayati sehingga pengendalian dengan cara kimiawi tidak identik dengan pengendalian dengan menggunakan pestisida. Pengendalian secara genetik sering diidentikkan dengan pengendalian dengan menggunakan tanaman tahan OPT, padahal pengendalian secara genetik mencakup penggunaan tanaman tahan OPT dan organisme termodifikasi secara genetik (genetically modified organisms atau GMOs, juga disebut genetically engineered organisms), baik yang digunakan sebagai individu yang dilepas masal maupun diambil DNA-nya untuk dimasukkan ke dalam tanaman dalam rekayasa genetik untuk menghasilkan tanaman tahan termodifikasi genetik. Silahkan baca artikel akses terbuka Genetics‐based methods for agricultural insect pest management. Beberapa jenis OPT golongan hewan termasuk satwa yang dilindungi, misalnya berbagai jenis burung kakatua. Untuk mengendalikan binatang hama yang termasuk satwa dilindungi digunakan metode pengendalian yang tidak membunuh, sebagaimana dicontohkan dalam pengendalian burung kakatua hama di Australia.

Berkaitan dengan memilih cara mana yang akan digunakan, perlu diperhatikan bahwa PHT merupakan pengendalian hama berbasis ekologi. Oleh karena itu, sebagaimana disebutkan dalam penjelasan UU No. 12 Tahun 1992 dan dalam beberapa definisi PHT, penggunaan cara kimiawi merupakan pilihan terakhir. Memilih cara pengendalian bukan berarti harus melakukan pengendalian dan juga bukan berarti memilih beberapa cara pengendalian. Berkaitan dengan pemilihan cara pengendalian, perlu diperhatikan bahwa memilih cara pengendalian dalam PHT berkaitan dengan:
  • Memilih tidak melakukan pengendalian, sebagaimana disebutkan dalam definisi PHT menurut Flint & Van den Bosch (1981), juga termasuk melaksanakan PHT asalkan tidak melakukan pengendalian didasarkan pada proses pengambilan keputusan berdasarkan data hasil pengamatan ekosistem
  • Memilih cara pengendalian diawali dengan memilih cara pengendalian yang bersifat mencegah perkembangan populasi hama, seperti cara buidaya dengan teknik tumpang sari dan cara hayati dengan teknik konservasi musuh alami.
  • Memilih satu cara pengendalian dilakukan dengan memprioritaskan cara pengendalian yang secara tidak langsung dapat menimbulkan pengendalian dengan caea lain, misalnya memilih cara budidaya dengan teknik yang menyediakan tempat berlindung bagi musuh alami sehingga secara tidak langsung memungkinkan terjadi konservasi musuh alami yang merupakan salah satu teknik pengendalian dengan cara hayati.
  • Memilih dua atau lebih cara pengendalian dilakukan terhadap cara pengendalian yang memungkinkan terjadi interaksi positif dalam menimbulkan efek pengendalian, misalnya cara budidaya dengan teknik yang menyediakan tempat berlindung dab berkembang biak bagi musuh alami dalam pengendalian secara hayati.
  • Memilih cara kimiawi sebagai pilihan terakhir tidak berarti baru dilakukan setelah cara lainnya yang telah dipilih terlebih dahulu ternyata gagal, melainkan berdasarkan pertimbangan berdasarkan padat populasi hama yang tinggi, padat populasi musuh alami yang rendah, tanaman yang rentan, dan kondisi lingkungan yang mendukung peningkatan populasi hama.
Mengenai istilah terpadu, perlu diperhatikan bahwa terpadu tidak berkaitan dengan berapa banyak cara pengendalian yang dipilih, berapa banyak jenis hama yang dikendalikan, apalagi dengan berapa banyak jenis tanaman yang perlu dilindungi. Terpdu dalam PHT berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan sebagai dasar pengembilan keputusan:
  • Pertimbangan teknis perlindungan tanaman, menurunkan padat populasi hama agar tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman, tidak menimbulkan resistensi dan resurgensi hama kunci dan hama utama (pesticide resistance and pest resurgence), dan tidak menimbulkan ledakan hama sekunder (secondary pest outbreak);
  • Pertimbangan ekonomis usahatani, menurunkan padat populasi hama sedemikian rupa sehingga biaya yang diperlukan untuk melakukan pengendalian lebih rendah daripada nilai kehilangan hasil yang dapat diselamatkan agar usahatani tetap menguntungkan;
  • Pertimbangan keseimbangan ekologis, hama tidak boleh dibasmi agar musuh alami sebagai bagian dari keanekaragaman hayati tetap memperoleh makanan;
  • Pertimbangan perlindungan lingkungan dan kesehatan, menjadikan pengendalian secara kimiawi sebagai pilihan terakhir sebagai upaya untuk meminimalisasi pencemaran lingkungan oleh bahan kimia pestisida yang dapat menimbulkan pembengkakan hayati (biological magnification) dan meminimalisasi kontaminasi hasil pertanian oleh residu pestisida;
  • Pertimbangan politik, agar dapat memenuhi komitmen Indonesia terhadap berbagai perjanjian internasional, termasuk perjanjian dalam bidang perlindungan tananaman (International Plant Protection Convention), perjanjian dalam bidang perdagangan bebas (Free Trade Agreement), perjanjian dalam bidang lingkungan (International Environmental Agreements), dan perjanjian dalam kaitan dengan pembangunan berkelanjutan (Major Agreements and Conventions on Sustaibale Development).
Sepanjang pengendalian hama dilakukan dengan dengan pertimbangan tersebut di atas, tidak melakukan pengendalian, melakukan pengendalian hanya dengan menggunakan satu cara, maupun pengendalian dengan menggunakan beberapa cara, termasuk melakukan pengendalian dengan menggunakan PHT sebagai program, sebagai sistem, sebagai pendekatan, sebagai strategi, maupun sebagai dasar pengambilan keputusan.

5.1.1.2. Mengunduh dan Membaca Pustaka
Untuk mendalami materi kuliah ini, silahkan mengunjungi situs atau mengunduh buku teks/artikel jurnal berikut ini dan kemudian membaca sampai mengerti:
Setiap mahasiswa wajib menyampaikan melalui Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas judul buku, judul bab buku, dan isi bab buku yang telah dibaca terkait dengan materi kuliah ini.

5.1.1.3. Mengerjakan Kuis
Kuis materi kuliah 5.1 sesi kuliah 11 ini dikerjakan bersama-sama dengan mengerjakan kuis materi kuliah 5.2 sesi kuliah 12 dan materi kuliah 5.3 sesi kuliah 13. Silahkan kerjakan setelah membaca dan mendiskusikan materi kuliah 5.1, materi kuliah 5.2, dan materi kuliah 5.3. Pada saat memeriksa daftar lembar jawaban kuis, silahkan periksa sendiri berapa nilai yang Anda peroleh. Bila memperoleh nilai <60 berarti Anda belum memahami materi kuliah sehingga perlu membaca kembali kedua materi kuliah. Mahasiswa yang tidak mengerjakan quiz tidak akan memperoleh nilai untuk setiap quiz yang tidak dikerjakan.
5.1.2. TUGAS KULIAH

5.1.2.1. Mendiskusikan Materi Kuliah
Setelah membaca materi kuliah, silahkan buat minimal satu pertanyaan dan atau komentar mengenai materi kuliah. Buat pertanyaan secara langsung tanpa perlu didahului dengan selamat pagi, selamat siang, dsb., sebab belum tentu akan dibaca pada jam sesuai dengan ucapan selamat yang diberikan. Ketik pertanyaan atau komentar secara singkat tetapi jelas, misalnya "Mohon menjelaskan apakah memperoleh pengetahuan dengan menggunakan pendekatan ilmiah mempunyai kelebihan dan kelemahan". Pertanyaan dan/atau komentar diharapkan ditanggapi oleh mahasiswa lainnya dan setiap mahasiswa wajib menanggapi minimal satu pertanyaan dan/atau komentar yang disampaikan oleh mahasiswa lainnya. Pertanyaan dan/atau komentar maupun tanggapannya disampaikan paling lambat pada Kamis, 25 April 2024 pukul 24.00 WITA dengan cara menjawab pertanyaan pada laporan melaksanakan kuliah.

5.1.2.2. Mengerjakan Projek Kuliah
Untuk menuntaskan mempelajari materi kuliah 5.1 ini, setiap mahasiswa wajib mengerjakan projek kuliah secara kelompok dengan melanjutkan tugas projek materi kuliah sebelumnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Bulan apa menanam untuk tanaman yang ada saat ini atau tanaman musim tanam terakhir dan jenis tanaman apa yang ditanam oleh petani tetangga di depan dan belakang serta di kanan dan kiri lokasi kebun?
  2. Apakah sebelum menanam pernah melakukan pertemuan dengan petani sesama anggota kelompok tani atau dengan petani tetangga dan apa yang dibahas dan disepakati dalam pertemuan tersebut?
  3. Apakah pernah melakukan pengamatan hama dan musuh alami selama musim tanam terakhir dan apakah pengamatan dilakukan sendirian atau bersama dengan petani tetangga atau petani dalam kelompok tani?
  4. Jika tidak pernah melakukan pengamatan jelaskan apa alasannya dan jika pernah melakukan pengamatan, jenis hama apa yang merupakan hama yang paling merusak dan apa musuh alami hama tersebut
  5. Apakah pernah melakukan pengendalian selama musim tanam terakhir, cara pengendalian apa yang dilakukan, dan apakah dilakukan sendirian atau bersama dengan petani lain? Jika tidak melakukan pengendalian, apakah tidak melakukan sendirian atau petani lain juga tidak melakukan pengendalian?
Jawab pertanyaan-pertanyaan Tugas Projek di atas pada saat memasukan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas paling lambat pada Kamis, 25 April 2024 pukul 24.00 WITA.

5.1.3. ADMINISTRASI PELAKSANAAN KULIAH

Untuk membuktikan telah melaksanakan perkuliahan daring materi kuliah ini, Anda wajib mengakses, menandatangani presensi, dan mengumpulkan tugas di situs SIADIKNONA. Sebagai cadangan, silahkan juga menandatangani daftar hadir dan memasukkan laporan melaksanakan kuliah dan mengerjakan tugas dengan mengklik tautan berikut ini: 
  1. Menandatangani Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah selambat-lambatnya pada Sabtu, 19 April 2024 pukul 24.00 WITA dan setelah menandatangani, silahkan periksa untuk memastikan daftar hadir sudah ditandatangani;
  2. Menyampaikan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas selambat-lambatnya pada Kamis, 25 April 2024 pukul 24.00 WITA dan setelah memasukkan, silahkan periksa untuk memastikan laporan sudah masuk.
Mahasiswa yang tidak mengisi dan menandatangani Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah dan tidak menyampaikan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas akan ditetapkan sebagai tidak mengikuti perkuliahan.

***********
Hak cipta blog pada: I Wayan Mudita
Diterbitkan pertama kali pada Maret 2024, belum pernah diperbarui.

Creative Commons License
Hak cipta selurun tulisan pada blog ini dilindungi berdasarkan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License. Silahkan mengutip tulisan dengan merujuk sesuai dengan ketentuan perujukan akademik.

41 komentar:

  1. Memilih cara pengendalian tidak selalu berarti harus melakukan pengendalian secara langsung. Terkadang, itu bisa berarti memilih untuk menghindari risiko atau memindahkan tanggung jawab kepada pihak lain. Selain itu, memilih satu cara pengendalian bukan berarti mengabaikan opsi lainnya. Sebaliknya, itu bisa menjadi keputusan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi spesifik.

    BalasHapus
  2. mengapa sampai saat ini petani NTT belum memahami PHT dengan baik?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Petani NTT belum memahami PHT dengan baik karena beberapa faktor:
      Kesulitan dalam pengenalan cara pengendalian hama yang tepat: PHT adalah cara pengendalian hama yang menggunakan teknologi IoT dan sensor cuaca untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit tanaman

      Namun, petani NTT mungkin belum terlalu familiar dengan teknologi ini, yang mungkin menyebabkan kesulitan dalam pengenalan dan penggunaan PHT.
      Kesulitan dalam memilih cara pengendalian hama yang sesuai: PHT adalah salah satu cara pengendalian hama yang memadukan beberapa cara, seperti penggunaan agensi hayati yang ramah lingkungan dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT)

      Namun, petani NTT mungkin belum tahu bagaimana cara memilih cara pengendalian hama yang sesuai dengan kebutuhan dan keadaan lingkungan di lokasi PHT.
      Kesulitan dalam mengintegrasikan PHT dengan budidaya tanaman: PHT merupakan cara pengendalian hama yang menggunakan teknologi IoT dan sensor cuaca untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit tanaman

      Namun, petani NTT mungkin belum tahu bagaimana cara memadukan PHT dengan budidaya tanaman, seperti penggunaan agensi hayati yang ramah lingkungan dan pengendalian OPT


      Kesulitan dalam mengatur pengendalian hama secara sistematis: Serangan hama dan penyakit tanaman dapat terjadi pada lahan dekat pantai dengan intensitas hujan rendah, dan tidak terjadi di lahan dengan intensitas hujannya cukup bagus

      Namun, petani NTT mungkin belum tahu bagaimana cara mengatur pengendalian hama secara sistematis, seperti pengendalian OPT pada pertanaman kacang hijau


      Kesulitan dalam menggunakan teknologi PHT: PHT merupakan teknologi yang menggunakan sensor cuaca yang dapat membaca kondisi cuaca mikro di lahan yang terintegrasi dengan aplikasi android RiTx Bertani

      Namun, petani NTT mungkin belum tahu bagaimana cara menggunakan teknologi PHT secara efektif, yang mungkin menyebabkan kesulitan dalam pengendalian hama

      Hapus
  3. Bagaimana cara menghindari kesulitan yang mungkin terjadi ketika memilih dan memadukan cara pengendalian hama dalam pelaksanaan PHT?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berikut adalah beberapa cara untuk menghindari kesulitan yang mungkin terjadi ketika memilih dan memadukan cara pengendalian hama dalam pelaksanaan PHT:

      1. Lakukan identifikasi hama dan penyakit yang tepat.

      Langkah pertama yang penting adalah melakukan identifikasi hama dan penyakit yang menyerang tanaman dengan tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan mengamati gejala yang muncul pada tanaman, seperti kerusakan daun, batang, atau buah. Identifikasi yang tepat akan membantu dalam memilih metode pengendalian yang tepat dan efektif.

      2. Pahami ekologi hama dan penyakit.

      Memahami ekologi hama dan penyakit, seperti siklus hidup, habitat, dan perilaku mereka, akan membantu dalam memilih metode pengendalian yang tepat. Hal ini juga dapat membantu dalam mencegah hama dan penyakit menyerang kembali di masa depan.

      3. Pilih metode pengendalian yang sesuai.

      Terdapat berbagai metode pengendalian hama dan penyakit yang dapat digunakan, seperti pengendalian hayati, pengendalian mekanis, pengendalian kimia, dan pengendalian nabati. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, sehingga perlu dipilih dengan tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

      4. Padukan metode pengendalian yang berbeda.

      Pemaduan metode pengendalian yang berbeda seringkali lebih efektif daripada menggunakan satu metode saja. Hal ini karena memadukan metode pengendalian dapat menyerang hama dan penyakit dari berbagai sisi, sehingga lebih sulit bagi mereka untuk berkembang.

      5. Pantau dan evaluasi efektivitas pengendalian.

      Setelah menerapkan metode pengendalian, penting untuk memantau dan mengevaluasi efektivitasnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengamati populasi hama dan penyakit, serta kerusakan yang ditimbulkannya pada tanaman. Jika metode pengendalian yang dipilih tidak efektif, perlu dilakukan penyesuaian atau perubahan metode.

      Hapus
  4. Apa Kelebihan Dan Kekurangan Pengendalian Hama Secara Mekanis?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kelebihan:

      Ramah lingkungan: Metode mekanis cenderung lebih ramah lingkungan daripada penggunaan pestisida kimia karena tidak menggunakan bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari tanah, air, dan udara.
      Tidak menimbulkan resistensi: Hama tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan resistensi terhadap metode mekanis, seperti yang sering terjadi dengan pestisida kimia.
      Tidak merusak tanaman: Pengendalian mekanis biasanya dilakukan secara fisik, seperti dengan menghapus hama secara manual atau menggunakan perangkat mekanis, sehingga tidak merusak tanaman.

      Kekurangan:

      Kerja intensif: Metode mekanis seringkali memerlukan lebih banyak waktu dan tenaga manusia dibandingkan dengan penggunaan pestisida kimia atau biologi.
      Biaya yang lebih tinggi: Biaya operasional untuk pengendalian mekanis, seperti upah tenaga kerja dan peralatan, bisa lebih tinggi daripada menggunakan pestisida kimia.
      Tidak efektif untuk hama yang tersebar luas: Metode mekanis mungkin tidak efektif untuk mengendalikan hama yang tersebar luas atau tersembunyi di dalam tanaman.
      Diperlukan keterampilan khusus: Beberapa metode mekanis, seperti penggunaan perangkat mekanis, memerlukan keterampilan khusus dan pelatihan agar efektif.

      Hapus
  5. Apa faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode pengendalian hama yang tepat untuk suatu kondisi pertanian?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berikut adalah beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode pengendalian hama yang tepat untuk suatu kondisi pertanian:

      1. Jenis Hama dan Tingkat Keparahan Serangan
      2. Karakteristik Tanaman
      3. Kondisi Lingkungan
      4. Ketersediaan dan Biaya Metode Pengendalian
      Hama
      5. Dampak Lingkungan dan Kesehatan
      6. Aturan dan Peraturan
      7. Pengetahuan dan Keterampilan Petani

      Hapus
  6. Apa saja manfaat dari pelaksanaan PHT yang efektif?

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1. Meningkatkan hasil panen dan kualitas produk: Pengendalian hama yang tepat membantu meminimalisir kerusakan tanaman dan meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil panen.
      2. Mengurangi biaya produksi: Penggunaan pestisida yang lebih efisien dan minimnya kerusakan tanaman dapat menurunkan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan petani.
      3. Meningkatkan kesehatan dan keamanan produk: PHT yang minim penggunaan pestisida kimia menghasilkan produk yang lebih aman dan sehat bagi konsumen.
      4. Meningkatkan ketahanan pangan: PHT yang berkelanjutan membantu menjaga stabilitas produksi pangan dan meningkatkan ketahanan pangan di tingkat lokal dan nasional.
      5. Meningkatkan daya saing produk: Produk pertanian yang dihasilkan melalui PHT ramah lingkungan lebih diminati konsumen dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi di pasar.
      6. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani: Penerapan PHT mendorong petani untuk belajar tentang ekologi, hama, dan metode pengendalian hama yang ramah lingkungan.

      Hapus
  7. Apa saja metode pengendalian Hama yg bisa dipilih dalam PHT?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalam Pengendalian Hama Terpadu (PHT), beberapa metode yang bisa dipilih meliputi:

      1. Pengendalian Biologis: Menggunakan musuh alami hama, seperti predator, parasitoid, atau patogen, untuk mengendalikan populasi hama.
      2. Pengendalian Fisik: Menggunakan metode fisik seperti penggunaan perangkap, pemotongan tanaman yang terinfeksi, atau penghalang fisik untuk mencegah hama.
      3. Pengendalian Kimia: Penggunaan pestisida atau bahan kimia lainnya untuk mengendalikan hama. Namun, penggunaan pestisida harus bijaksana untuk mengurangi dampak negatifnya pada lingkungan dan kesehatan manusia.
      4. Pengendalian Budaya: Menggunakan praktik pertanian yang dapat mengurangi kerentanan tanaman terhadap serangan hama, seperti rotasi tanaman, pemilihan varietas yang tahan terhadap hama, atau pengelolaan sisa tanaman dengan benar.
      5. Pengendalian Mechnikal: Penggunaan alat mekanis, seperti penyapu vakum untuk mengumpulkan hama atau penggunaan air bertekanan tinggi untuk membersihkan tanaman dari hama.
      6. Pengendalian genetik: Penggunaan teknik genetik untuk menghasilkan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap serangan hama.

      Hapus
  8. Apa yang menjadi tantangan utama saat pengendalian hama dalam PHT?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beberapa tantangan utama dalam pengendalian hama menggunakan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah:

      1. Identifikasi hama dan musuh
      alami secara akurat Untuk menerapkan PHT secara efektif, diperlukan kemampuan untuk mengidentifikasi spesies hama dan musuh alami (predator,parasitoid) dengan tepat. Ini membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus.
      2. Pemantauan populasi hama dan ambang kendali Penentuan ambang kendali yang tepat untuk memutuskan apakah diperlukan tindakan pengendalian merupakan tantangan. Pemantauan populasi hama secara teratur juga diperlukan.
      3. Pemilihan metode pengendalian yang kompatibel dengan PHT menggunakan kombinasi metode pengendalian hayati, budidaya, fisik, dan kimiawi bila diperlukan. Memilih metode yang kompatibel dan tidak saling bertentangan seringkali menantang.
      4. Resistensi hama terhadap pestisida Penggunaan pestisida dalam PHT hanya sebagai pilihan terakhir. Namun resistensi hama terhadap pestisida dapat menjadi masalah jika terus digunakan.
      Biaya dan ketersediaan metode pengendalian alternatif Metode pengendalian hayati, pelepasan musuh alami, atau penggunaan feromon seringkali lebih mahal dan kurang tersedia dibandingkan pestisida.
      5. Kebutuhan pengetahuan dan pelatihan Penerapan PHT membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih kompleks dibandingkan pengendalian kimiawi konvensional, sehingga pelatihan dan pendidikan petani menjadi penting.

      Dengan mengatasi tantangan-tantangan ini, PHT dapat diterapkan secara efektif untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi dampak negatif pengendalian hama.

      Hapus
  9. Bagaimana PHT mempertimbangkan aspek lingkungan dan kesehatan manusia?

    BalasHapus
    Balasan
    1. PHT (Pengendalian Hama Terpadu) bukan hanya bertujuan untuk mengendalikan hama dan melindungi tanaman, tetapi juga mempertimbangkan aspek lingkungan dan kesehatan manusia. Hal ini penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan melindungi kesehatan manusia dari bahaya pestisida.

      Aspek Lingkungan:

      Penggunaan pestisida kimia dikurangi: PHT memprioritaskan metode pengendalian hama yang tidak menggunakan atau meminimalkan penggunaan pestisida kimia. Hal ini untuk mencegah pencemaran lingkungan, keracunan air dan tanah, serta dampak negatif pada flora dan fauna.
      Meningkatkan keanekaragaman hayati: PHT mendorong pelestarian dan pemanfaatan musuh alami hama, seperti burung, serangga predator, dan parasitoid. Hal ini membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia.
      Menerapkan metode pengendalian ramah lingkungan: PHT menggunakan metode pengendalian hama yang tidak mencemari lingkungan, seperti penggunaan biopestisida, perangkap hama, dan manipulasi habitat.

      Kesehatan Manusia:

      Mengurangi paparan pestisida: PHT meminimalkan paparan pestisida terhadap petani, pekerja pertanian, dan konsumen produk pertanian. Hal ini untuk mencegah keracunan pestisida, berbagai penyakit, dan gangguan kesehatan lainnya.
      Memastikan keamanan pangan: PHT memastikan bahwa residu pestisida dalam produk pertanian berada di bawah ambang batas aman, sehingga aman untuk dikonsumsi manusia.
      Meningkatkan kesadaran tentang bahaya pestisida: PHT memberikan edukasi dan pelatihan kepada petani dan masyarakat tentang bahaya pestisida dan cara penggunaannya yang aman.

      Hapus
  10. Jelaskan bagaimana PHT dapat diterapkan sebagai program, sistem, pendekatan, strategi, dan dasar pengambilan keputusan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. PHT sebagai Program, Sistem, Pendekatan, Strategi, dan Dasar Pengambilan Keputusan
      1. Program PHT
      Program PHT merupakan sebuah rancangan terstruktur dan terencana yang disusun untuk mengelola hama dan penyakit tanaman secara berkelanjutan. Program ini melibatkan berbagai komponen, seperti: Pemantauan, pengendalian, penyuluhan dan pendidikan, dan penelitian dan pengembangan.
      2. Sistem PHT
      Sistem PHT adalah suatu rangkaian komponen yang saling terkait dan bekerja sama untuk mencapai tujuan pengelolaan hama dan penyakit tanaman secara berkelanjutan. Komponen-komponen dalam sistem PHT meliputi: Ekosistem, tanaman, pengendalian hayati, pengendalian mekanis, dan pengendalian kimia
      3. Pendekatan PHT
      Pendekatan PHT adalah cara pandang dalam pengelolaan hama dan penyakit tanaman yang menekankan pada pencegahan dan pengendalian hama secara berkelanjutan. Pendekatan ini didasarkan pada beberapa prinsip, antara lain: Ekosistem, pencegahan, pengendalian, dan kesehatan.
      4. Strategi PHT
      Strategi PHT adalah rencana jangka panjang yang disusun untuk mencapai tujuan pengelolaan hama dan penyakit tanaman secara berkelanjutan. Strategi PHT meliputi: Penetapan tujuan, analisis situasi, pengembangan strategi, implementasi strategi, monitoring dan evaluasi.
      5. Dasar Pengambilan Keputusan PHT
      Pengambilan keputusan dalam PHT harus didasarkan pada informasi yang akurat dan terkini. Informasi ini dapat diperoleh melalui berbagai sumber, seperti: Pemantauan, data historis, penelitian, dan konsultasi dengan ahli.

      Hapus
  11. Jelaskan bagaimana cara mengidentifikasi hama yang menyerang tanaman secara akurat?, dan apa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode pengendalian hama?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cara mengidentifikasi hama yang menyerang tanaman secara akurat:

      1. Pengamatan Visual
      - Amati gejala serangan pada tanaman seperti kerusakan daun, buah, batang, dll.
      - Identifikasi bentuk dan ciri fisik hama (serangga, tungau, nematoda, tikus dll).
      - Gunakan lup/mikroskop untuk pengamatan lebih rinci jika diperlukan.

      2. Melakukan Survey Lapangan
      - Lakukan pemantauan periodik di pertanaman.
      - Manfaatkan perangkap seperti perangkap feromon, lampu, dll untuk menangkap hama.
      - Ambil sampel tanaman atau hama untuk diidentifikasi lebih lanjut.

      3. Identifikasi di Laboratorium
      - Lakukan identifikasi mikroskopis di laboratorium.
      - Analisis ciri morfologi dan anatomi hama.
      - Bisa dibantu dengan kunci identifikasi, katalog, atau pakar.

      4. Metode Molekuler (jika tersedia)
      - Identifikasi menggunakan metode molekuler seperti DNA barcoding atau teknik lain.
      - Berguna untuk hama sulit diidentifikasi secara morfologi.

      Kriteria dalam memilih metode pengendalian hama:

      1. Tingkat Populasi dan Kerusakan Hama
      - Pertimbangkan ambang pengendalian hama berdasarkan penilaian risiko
      - Pilih metode kompatibel dengan tingkat populasi hama

      2. Dampak Lingkungan
      - Pilih metode ramah lingkungan dan tidak merusak ekosistem
      - Hindari metode yang membahayakan organisme non-target

      3. Keamanan Pangan
      - Hindari penggunaan bahan kimia beracun yang meninggalkan residu berbahaya pada hasil panen.

      4. Biaya dan Ketersediaan
      - Pilih metode yang terjangkau secara ekonomi
      - Pertimbangkan ketersediaan alat, bahan, teknologi yang dibutuhkan

      5. Tindakan Pencegahan
      - Utamakan metode pencegahan seperti sanitasi lingkungan, pemusnahan sumber inang, dsb.

      6. Kondisi Setempat
      - Sesuaikan metode dengan kondisi lahan, iklim, kultur teknis setempat.

      7. Ketepatan Sasaran
      - Pilih metode yang spesifik mengenai hama sasaran
      - Hindari dampak negatif pada organisme bukan sasaran

      8. Keberlanjutan
      - Pertimbangkan keberlanjutan ekologis, ekonomis, dan sosial jangka panjang

      Jadi proses identifikasi hama yang akurat disertai pertimbangan multi-kriteria sangat penting agar metode pengendalian hama yang dipilih bisa efektif dan berkelanjutan.

      Hapus
  12. Apa saja tantangan yang dihadapi dalam memilih dan menerapkan metode pengendalian hama yang tepat?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tantangan dalam Memilih dan Menerapkan Metode Pengendalian Hama yang Tepat
      Memilih dan menerapkan metode pengendalian hama yang tepat bisa menjadi proses yang rumit, dan ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Berikut adalah beberapa tantangan yang paling umum dihadapi:

      1. Identifikasi hama yang tepat:

      Mengetahui hama mana yang menyerang adalah langkah pertama yang penting dalam memilih metode pengendalian yang tepat.
      Identifikasi yang salah dapat mengakibatkan penggunaan metode yang tidak efektif, bahkan dapat memperburuk masalah.
      2. Memahami siklus hidup hama:

      Setiap hama memiliki siklus hidup yang berbeda, dan metode pengendalian yang paling efektif akan bervariasi tergantung pada tahap siklus hidup hama tersebut.
      Mengetahui siklus hidup hama dapat membantu menentukan waktu terbaik untuk menerapkan metode pengendalian.
      3. Memilih metode pengendalian yang tepat:

      Ada berbagai macam metode pengendalian hama yang tersedia, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya sendiri.
      Faktor-faktor seperti jenis hama, tingkat keparahan infestasi, dan keamanan harus dipertimbangkan saat memilih metode.
      4. Menerapkan metode pengendalian dengan benar:

      Penting untuk mengikuti petunjuk dengan cermat saat menerapkan metode pengendalian hama.
      Kesalahan dalam penerapan dapat mengakibatkan metode tersebut tidak efektif, bahkan dapat membahayakan manusia dan hewan peliharaan.
      5. Memantau efektivitas metode pengendalian:

      Penting untuk memantau efektivitas metode pengendalian hama setelah diterapkan.
      Jika metode tersebut tidak efektif, mungkin perlu untuk mencoba metode lain.
      Tantangan tambahan:

      Resistensi hama: Hama dapat menjadi resisten terhadap pestisida dan metode pengendalian lainnya seiring waktu.
      Dampak lingkungan: Beberapa metode pengendalian hama dapat berbahaya bagi lingkungan.
      Keamanan: Penting untuk menggunakan metode pengendalian hama dengan cara yang aman dan bertanggung jawab.
      Biaya: Biaya metode pengendalian hama dapat bervariasi.
      Memilih dan menerapkan metode pengendalian hama yang tepat membutuhkan pertimbangan yang cermat dari semua faktor yang terlibat. Dengan berkonsultasi dengan profesional pengendalian hama yang berkualifikasi, Anda dapat memastikan bahwa Anda menggunakan metode yang paling efektif dan aman untuk situasi Anda.

      Hapus
  13. Apa saja metode pengendalian hama yang dapat digunakan dalam PHT? menjelaskan masing-masing metode secara singkat.

    BalasHapus
  14. Bagaimana cara mengenal dan memahami hama penyakit tanaman yang umum ditemui dalam pertanian, serta bagaimana cara memilih strategi pengendalian yang efektif?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Untuk mengenal dan memahami hama penyakit tanaman yang umum ditemui dalam pertanian, serta memilih strategi pengendalian yang efektif, dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut:

      1. Identifikasi hama/penyakit
      - Lakukan pengamatan berkala terhadap tanaman
      - Kenali gejala serangan seperti bercak pada daun, kerusakan batang/buah, dan lain-lain
      - Ambil sampel hama/bagian tanaman yang terserang
      - Identifikasi jenis hama/penyakit dengan bantuan literatur, ahli, atau lembaga pertanian setempat

      2. Pelajari bioekologi hama/penyakit
      - Pelajari siklus hidup, inang, musuh alami dari hama/penyakit tersebut
      - Ketahui faktor lingkungan yang mendukung perkembangannya
      - Pahami cara penyebaran dan perilaku hama/patogen penyebab penyakit

      3. Pemantauan populasi hama
      - Lakukan pencatatan populasi hama secara berkala
      - Tentukan ambang pengendalian ekonomi dari hama tersebut
      - Amati juga keberadaan musuh alami di agroekosistem

      4. Evaluasi teknik pengendalian
      - Pelajari berbagai metode pengendalian hama seperti kultur teknis, fisik, hayati, dan kimiawi
      - Evaluasi efektivitas, dampak lingkungan, biaya ekonomi dari setiap metode
      - Pertimbangkan ketersediaan sumber daya dan kemampuan petani

      5. Terapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
      - Gabungkan beberapa metode pengendalian yang kompatibel secara terpadu
      - Prioritaskan metode ramah lingkungan seperti hayati dan kultur teknis
      - Gunakan pestisida sebagai pilihan terakhir dengan prinsip selektif dan bijak

      6. Pemantauan dan evaluasi
      - Pantau efektivitas metode pengendalian yang diterapkan
      - Evaluasi dan sesuaikan strategi jika diperlukan
      - Pertimbangkan aspek keberlanjutan ekonomi dan lingkungan

      Dengan langkah-langkah tersebut, petani/pengelola dapat memahami hama/penyakit yang dihadapi dan memilih strategi pengendalian yang efektif, ramah lingkungan, dan berkelanjutan sesuai dengan prinsip-prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

      Hapus
  15. Apa metode yang paling efektif dalam pengendalaian hama?

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1. Penggunaan pestisida: Penggunaan pestisida yang tepat dan sesuai dapat membantu mengendalikan hama secara efektif. Pestisida yang digunakan harus sesuai dengan jenis hama dan tanaman yang terkena serangan.

      2. Penggunaan metode non-kimia: Metode non-kimia seperti penggunaan predator alami, pencahayaan, dan penggunaan musuh alami dapat membantu mengendalikan hama tanpa menggunakan pestisida kimia.

      3. Praktik pertanian yang baik: Praktik pertanian yang baik seperti pemilihan varietas tanaman yang tahan hama, pemeliharaan sanitasi, dan pengelolaan limbah dapat membantu mencegah infeksi hama.

      4. Pengendalian biologis: Pengendalian biologis melibatkan pengguna organisme hidup untuk mengendalikan populasi hama. Ini bisa berupa penggunaan predator alami atau mikroorganisme patogen.

      5. Pemantauan dan deteksi dini: Pemantauan secara rutin dan deteksi dini infeksi hama sangat penting dalam mengendalikan populasi hama sebelum mereka menjadi masalah besar.

      Hapus
    2. pemililihan metode untuk pengelolaan hama yang efektif itu dapat dilihat dari jenis hama yang menyerang serta Ambang Batas Ekonomi Hama yaitu Menentukan tingkat populasi hama yang dapat ditoleransi sebelum tindakan pengendalian perlu dilakukan, oleh karena itu tindakan pengendalian perlu memahami konsepnya terlebih dahulu, sehingga penerapan PHT dapat dilakukan efektif dengan menerapkan bahwa pengendalian kimiawi dengan menggunakan Pestisida merupakan alternatif pilihan terakhir.

      Hapus
  16. Bagaimana cara memilih metode pengendalian hama yang tepat dalam PHT?

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1. Analisis jenis hama: Pertama, Anda perlu mengetahui jenis hama yang terlibat agar dapat memilih metode pengendalian yang tepat.

      2. Evaluasi tanaman: Selanjutnya, evaluasi tanaman yang terkena serangan untuk memahami seberapa parah kerusakan dan potensi dampak pada produktivitas.

      3. Pertimbangan faktor lingkungan: Pertimbangkan faktor lingkungan seperti iklim, tanah, dan kondisi cuaca untuk memilih metode pengendalian yang sesuai.

      4. Konsultasi ahli: Jika diperlukan, konsultasikan dengan ahli pertanian atau ahli hama untuk mendapatkan saran yang lebih spesifik.

      5. Pemantauan dan evaluasi: Setelah menerapkan metode pengendalian, pantau hasilnya secara rutin dan evaluasi kembali jika diperlukan untuk menyesuaikan strategi.

      Hapus
  17. Bagaimana cara memonitor dan mengevaluasi efektivitas strategi PHT yang diterapkan?

    BalasHapus
  18. 1. Pengendalian Fisik
    Pengendalian fisik memanfaatkan faktor-faktor fisik seperti suhu, cahaya, dan air untuk mengendalikan hama. beberapa contohnya:1). melakukan Pemanasan dan pembakaran: dimana teknik ini efektif untuk hama yang rentan terhadap panas, seperti telur dan pupa serangga. Contohnya, membakar sisa tanaman yang terserang hama atau menggunakan air panas untuk menyiram tanah.
    2).Penggenangan: dimana teknik ini cocok untuk mengendalikan hama yang hidup di tanah atau pada tanaman yang terendam air. Contohnya, menggenangi sawah selama beberapa hari untuk membunuh hama padi.
    3).Perangkap cahaya: Lampu perangkap digunakan untuk menarik dan menjebak hama nokturnal seperti ngengat dan lalat. 4).Pengaturan cahaya dan suara: Teknik ini dapat digunakan untuk mengganggu siklus hidup hama, seperti dengan mematikan lampu di malam hari untuk mengganggu aktivitas ngengat.
    2. Pengendalian Mekanik
    Pengendalian mekanik fokus pada pemusnahan hama secara langsung, baik dengan tangan atau menggunakan alat. Berikut beberapa contohnya:
    - Pengambilan hama dengan tangan: Teknik ini efektif untuk hama yang mudah terlihat dan dijangkau, seperti ulat dan kumbang.
    - Memasang perangkap: Berbagai jenis perangkap dapat digunakan untuk menangkap hama, seperti perangkap feromon untuk ngengat, perangkap lengket untuk lalat putih, dan jaring untuk burung.
    - Memasang penghalang: Jaring, plastik, atau pagar dapat digunakan untuk mencegah hama masuk ke area tertentu.
    - Penggunaan biokontrol: Agen hayati seperti predator alami (misalnya, laba-laba, burung pemangsa) dan parasitoid (misalnya, tawon) dapat digunakan untuk mengendalikan hama secara alami.

    BalasHapus
  19. Jelaskan cara pengembangan pengendalian OPT dengan sistem genetik dan menggunakan teknik teknik pembuatan klon molekul

    BalasHapus
  20. Bagaimana cara memilih cara pengendalian hama yang paling efektif dan efisien?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memilih pengendalian hama yang efektif dan efisien memerlukan langkah-langkah berikut: identifikasi jenis hama untuk memahami karakteristiknya; evaluasi tingkat infestasi untuk menentukan intensitas pengendalian; pahami siklus hidup hama untuk menetapkan waktu pengendalian yang tepat. Pilih metode yang sesuai: biologis (menggunakan musuh alami), kimia (pestisida dengan penggunaan hati-hati), fisik/mekanis (perangkap atau penghalang), dan kultural (praktik agrikultur yang tepat). Pertimbangkan dampak lingkungan, kesehatan, dan biaya. Pastikan metode mematuhi regulasi keamanan. Lakukan monitoring dan evaluasi rutin untuk memastikan efektivitas pengendalian dan penyesuaian jika diperlukan.

      Hapus
  21. Berkaitan dengan cara pengendalian OPT ini, perlu diperhatikan bahwa pestisida dapat berarti pestisida kimiawi dan pestisida hayati sehingga pengendalian dengan cara kimiawi tidak identik dengan pengendalian dengan menggunakan pestisida. Mengapa demikian?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), perlu dibedakan bahwa penggunaan pestisida tidak selalu merujuk pada pestisida kimia. Pestisida hayati juga termasuk dalam kategori ini dan sering digunakan dalam pengelolaan hama secara terpadu (PHT). Penggunaan pestisida hayati mencakup agen biologis seperti bakteri, virus, atau jamur yang dapat mengendalikan hama secara alami. Dengan demikian, pengendalian OPT secara kimia tidak selalu identik dengan penggunaan pestisida sintetis, melainkan dapat melibatkan metode biologis yang lebih ramah lingkungan.

      Hapus
  22. Bagaimana cara mengidentifikasi jenis hama yang menyerang tanaman secara akurat? Apa saja ciri-ciri dan gejala yang harus diperhatikan?

    BalasHapus
  23. Jenis hama apa yang menyerang tanaman secara akurat?

    BalasHapus